Para pemimpin Eropa menyampaikan belasungkawa dan dukungan setelah serangan teror di New York, yang menewaskan delapan orang. Tersangka, Sayfullo Saipov, ditembak polisi dan mengalami luka-luka. Ia datang dari Uzbekistan dan tinggal di Amerika sejak tahun 2010. Seperti dilaporkan wartawan VOA Henry Ridgwell dari London, ada beberapa serangan serupa terhadap apa yang disebut sasaran empuk di Eropa.
Serangan hari Selasa (31/10) di New York menghadirkan kembali adegan teror yang pernah terjadi di banyak kota di Eropa.
Perdana Menteri Inggris Theresa May menulis di Twitter, menyatakan "Saya terkejut atas serangan pengecut itu, saya memikirkan mereka yang terimbas. Bersama kita akan kalahkan kejahatan terorisme."
Tetapi bagaimana caranya? Gubernur New York menyebutnya serangan 'serigala tunggal'. Tidak ada bukti plot yang lebih luas. Ini menggarisbawahi ancaman teror global yang terus berubah, ujar analis keamanan Afzal Ashraf dari University of Nottingham.
"Perubahan yang terjadi secara progresif sejak serangan 11 September, di mana plot yang lebih besar kini digantikan oleh serangan yang disebut serigala tunggal dengan menggunakan peralatan yang ada seperti kendaraan," ujar Ashraf.
Serangan New York menghadirkan kembali insiden teror baru-baru ini di seluruh Eropa. Juni lalu, dengan mobil van, tiga penyerang menabrak pejalan kaki di jembatan utama London, London Bridge - lalu menikam orang-orang yang lewat dengan pisau.
Kurang dari tiga bulan sebelumnya penyerang tunggal menabrak pejalan kaki di Westminster sebelum menikam tewas seorang petugas polisi.
Pihak berwenang London sejak itu memasang penghalang di beberapa jalan utama. Tetapi tidak mungkin untuk sepenuhnya berlindung dari serangan seperti itu, menurut kalangan pakar.
"Karena terkait sejumlah besar wilayah. Menuntut dana miliaran dolar untuk membangun penghalang pelindung. Penghalang itu tentu saja akan berhasil, tetapi ancaman teror akan berlanjut," tambah Ashraf.
Perancis paling banyak mengalami serangan. Ratusan orang terbunuh dalam serangan baru-baru ini di Paris dan Nice. Presiden Emmanuel Macron hari Selasa menandatangani undang-undang baru anti-teror dengan kewenangan besar.
"Undang-Undang itu juga akan memungkinkan langkah yang sangat spesifik untuk memerangi terorisme, dengan mengizinkan penggerebekan khusus atau melakukan langkah berdasarkan per kasus terhadap individu yang teridentifikasi," kata Macron.
Di Twitter, Presiden Amerika Donald Trump menulis, ia telah memerintahkan digalakkannya "pemeriksaan ketat" terhadap pengunjung. Eropa tidak mungkin mengikuti cara itu, ujar Ashraf.
"Menurut saya, tidak ada bentuk pemeriksaan yang akan meningkatkan langkah perlindungan yang sudah ada dan cukup baik untuk mendeteksi bakal teroris," kata Ashraf.
Analis keamanan menekankan, hampir tidak mungkin melindungi sepenuhnya dari apa yang disebut teroris serigala tunggal yang bermaksud menyakiti. [ka/al]