Sejumlah negara di seluruh dunia bergerak mengambil langkah-langkah untuk segera memulai aktivitas, seiring anjloknya perekonomian, meningkatnya jumlah pengangguran dan orang-orang menjadi semakin gelisah.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) hari Selasa (21/4) mengingatkan bahwa melunakkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang terlalu cepat dapat memicu perebakan virus corona yang lebih luas. Otoritas kesehatan di banyak negara setuju dengan hal itu.
Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Amerika CDC Robert Redfield hari Selasa mengatakan gelombang kedua penularan virus corona pada musim dingin nanti bisa jauh lebih menelan banyak korban dibanding yang pertama.
BACA JUGA: WHO Nyatakan Belum Waktunya Longgarkan Restriksi Hadapi CoronaSaat ini jumlah orang yang terjangkit virus corona di Amerika mencapai lebih dari 800 ribu orang. Lebih dari 42 ribu diantaranya meninggal dunia akibat penyakti pernafasan yang merupakan jenis baru virus corona itu.
Tetapi di sisi lain ada 22 juta orang yang menganggur tidak sabar untuk kembali ke kehidupan normal. Akhir pekan lalu ratusan demonstran berkumpul di beberapa negara bagian di Amerika –antara lain Arizona, Colorado, Michigan dan Washington– menuntut pencabutan lockdown.
Perekonomian semakin melambat akibat penurunan tajam harga minyak dunia.
Senat Amerika hari Selasa menyetujui tambahan $484 miliar lagi untuk mendukung program pemberian pinjaman bagi UKM. Rancangan Undang-undang (RUU) itu masih harus disetujui oleh DPR sebelum dikirim kepada presiden untuk ditandatangani.
BACA JUGA: Georgia, South Carolina dan Tennessee Perlunak Kebijakan LockdownPresiden Donald Trump mengatakan ia akan menangguhkan imigrasi ke Amerika hingga krisis kesehatan ini berakhir, tetapi pengecualian diperkirakan akan diberikan untuk staf medis.
Jumlah penularan baru di beberapa negara bagian memang menurun, tetapi para pemimpin negara bagian itu menyerukan dilakukannya lebih banyak uji medis.
Dua penelitian yang dilakukan di Amerika dan Perancis menunjukkan bahwa pasien virus corona yang minum obat malaria hydroxychloroquine tidak jauh lebih baik dibanding pasien yang tidak meminum obat itu. Sementara mereka yang meminum obat itu justru kerap mengalami efek samping yang berbahaya.
Trump mendorong penggunaan hydroxychloroquine, yang juga digunakan untuk merawat lupus dan rematik.
BACA JUGA: Gubernur New York Minta Bantuan Pengetesan Covid-19Dalam perkembangan lainnya Gubernur New York Andrew Cuomo, hari Selasa (21/4), mengadakan pertemuan dengan Presiden Trump untuk membahas rencana mengaktifkan kembali kehidupan di New York, negara bagian yang menjadi pusat perebakan virus corona di Amerika.
Cuomo meminta bantuan pemerintah federal untuk melakukan lebih banyak uji medis untuk mengetahui siapa yang dapat mulai kembali bekerja. Jumlah kematian terkait virus corona di New York naik lagi hari Selasa ini, tetapi jumlah orang yang dirawat di rumah sakit selama delapan hari terakhir ini turun.
Secara keseluruhan pejabat-pejabat negara bagian ingin melihat adanya penurunan kasus baru yang stabil setidaknya selama dua minggu sebelum menyepakati perlunya memperlunak langkah-langkah keselamatan. [em/ft]