Menurut data UNHCR, ada sekitar 14 ribu pengungsi dan pencari suaka di Indonesia, yang menunggu proses penempatan ke negara ketiga. Sebagian besar berasal dari wilayah-wilayah konflik seperti Afghanistan, Somalia dan Myanmar. Selama di Indonesia mereka hidup dalam keterbatasan dan ketidakpastian.
Salah satunya adalah Bismillah Tahirzada, pria berusia 24 tahun asal Ghazni, Afghanistan.
Kepada VOA ia menuturkan, “Saya sebagai pengungsi di Indonesia hanya berusaha untuk bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan hidup saya sambil menambah pengetahuan dan pengalaman selama menunggu dalam ketidakpastian, tidak seorangpun tahu apa yang akan terjadi esok hari."
Sudah lebih dari 7 tahun ia tinggal di Jakarta dalam ketidakpastian menunggu penempatan oleh UNHCR ke negara baru, yang biasanya memakan waktu lebih dari 5 tahun. Statusnya sebagai pengungsi di indonesia tak membolehkannya untuk bekerja secara resmi.
BACA JUGA: Liberty Society: Bisnis 'Fesyen Beretika' Sambil Perjuangkan Nasib Pengungsi AsingUntuk menopang hidupnya, Bismillah menjalankan usaha menjual keripik kentang, yang ia jual secara online. Usaha ini ia jalankan berkat bantuan seorang fasilitator dari Universitas Atmajaya Jakarta, Inggrid Nathania Wongso, yang menyelenggarakan program pelatihan bagi pengungsi.
“Ya, semoga selama masa penantiannya, mereka gak cuma duduk diam dan akhirnya stress sendiri tapi mereka bisa melakukan sesuatu. Mungkin bisa menyumbangkan sesuatu juga buat perekonomian bangsa Indonesia dan berguna juga bagi mereka sendiri,” harap Inggrid.
Namun, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan memukul usaha yang telah ia jalankan selama 2 tahun ini.
“Situasi saat ini agak terlalu sulit karena pandemi COVID-19, jadi situasi bisnis di Indonesia kebanyakan terkena dampaknya dari pandemi COVID-19 termasuk usaha saya. Jadi bisa dibilang, (situasi) saat ini lebih sulit dari sebelumnya," ungkap Bismillah.
Dengan kondisi ketidakpastian dan pandemi yang berkepanjangan, Bismillah sangat berharap UNHCR bisa bekerja lebih cepat dan segera menempatkannya ke negara baru, agar ia dan ribuan pengungsi lainnya bisa menjalani hidup dengan normal.
"Jadi saya berharap suatu hari nanti saya bisa segera pindah dari Indonesia ke negara yang lebih baik, yang mana saya bisa merasakan hidup sebagai manusia yang memiliki hak-hak sebagaimana orang-orang lain pada umumnya," harapnya. [iy/pp]