Keadaan kacau balau melanda Kairo hari Rabu selagi para pendukung Presiden Hosni Mubarak dan demonstran yang menghimbau pengunduran dirinya, bertarung dengan batu, tinju dan pentungan. Para wartawan di lapangan pusat kota Kairo mengatakan pasukan Mesir melepaskan tembakan peringatan dalam upaya mengakhiri bentrokan itu.
Kendaraan-kendaraan tentara tampak mencoba berupaya memisahkan para demonstran yang bersaingan itu. Seorang tentara tewas dalam kekerasan itu. Para demonstran pro-pemerintah tampak melemparkan bom-bom molotov ke arah demonstran anti-pemerintah.
Beberapa saksi mata mengatakan pendukung Presiden Mubarak melemparkan sedikitnya dua bom molotov ke halaman museum Mesir yang terkenal di dunia. Kedua bom itu segera dipadamkan. Rabu malam kondisi agak tenang selagi orang memberi pertolongan pada sekitar 400 orang yang terluka. Sejumlah dokter mendirikan klinik sementara di mesjid dekat lapangan itu.
Kerumunan massa masih ada di jalan-jalan, sekali lagi mengabaikan menentang jam malam yang diberlakukan pemerintah. Demonstran anti-pemerintah kini menyalahkan polisi yang berpakaian preman dalam bentrokan keras hari Rabu.
Stasiun televisi mengutip Menteri Dalam Negeri Mesir yang membantah kalau polisi berpakaian preman terlibat. Pejuang demokrasi Mohammed ElBaradei memberitahu BBC bahwa pemerintah menggunakan “taktik menakut-takuti” dan mengatakan ia khawatir bentrokan itu akan menjadi “pertumpahan darah”.
Sementara itu, Amerika telah mengutuk pertumpahan darah baru-baru ini di Mesir dan menghimbau pemerintahan Presiden Hosni Mubarak untuk menunjukkan sikap menahan diri terhadap para pengunjukrasa.
Juru bicara Gedung Putih Robert Gibbs hari Rabu mengatakan Amerika “mencela” kekerasan tersebut. Ia mengatakan setiap kekerasan yang dihasut oleh pemerintah Mesir harus segera dihentikan. Demonstran anti-pemerintah kini menyalahkan polisi berpakaian preman atas bentrokan dengan tindakan kekerasan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri PJ Crowley juga mengutuk serangan terhadap pengunjukrasa damai dan para wartawan. Ia menyebut serangan tersebut “ancaman langsung pada aspirasi rakyat Mesir”.
Rabu pagi – diplomat tinggi Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan Presiden Mubarak perlu menunjukkan upaya untuk menenangkan situasi. Ia mengatakan Presiden Mubarak perlu membiarkan para demonstrasi tahu bahwa ia telah mendengar pesan mereka dan menanggapi hal itu.