Pengungsi Rohingya Tolak Repatriasi ke Myanmar

Foto udara desa Rohingya dekat Maungdaw di negara bagian Rakhine, Myanmar, 20 September 2018. (Foto: dok).

Tidak satu pun pengungsi Muslim Rohinya yang ada dalam daftar pemulangan ke Myanmar muncul di titik pemberangkatan mereka di Bangladesh, Kamis (15/11), hari pertama mereka dijadwalkan untuk dipulangkan dalam program perjanjian repatriasi antara Myanmar dan Bangladesh.

Sekitar 150 pengungsi Rohingya dijadwalkan akan dipulangkan dari kamp-kamp yang padat di Cox’s Bazar ke negara bagian Rakhine, wilayah di mana mereka dan lebih dari 700 ribu lainnya sejak bulan Agustus 2017 melarikan diri dari Myanmar untuk menghindari serangan-serangan, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan, oleh militer negara itu.

BACA JUGA: Jokowi Dorong ASEAN Terlibat Atasi Krisis Rohingya

Penindasan militer itu terjadi sebagai tanggapan atas serangan-serangan yang dilakukan oleh militan Rohingya. Sebagian pengungsi yang termasuk dalam daftar itu kemungkinan telah menyembunyikan diri untuk menghindari pemulangan.

Sementara itu, sekitar 1.000 warga Rohingya yang marah, termasuk anak-anak, berdemonstrasi menolak upaya repatriasi itu.

Organisasi-organisasi HAM mengimbau Bangladesh dan Myanmar agar menghentikan rencana memulangkan Muslim Rohingya ke negara bagian Rakhine, di mana di mana mereka telah menjadi sasaran pembunuhan di luar proses hukum serta kekejaman lainnya.

Kebingungan dan ketakutan terasa di kamp pengungsi di Bangladesh, di mana Muslim Rohingya menghadapi kemungkinan dipulangkan ke Myanmar. Organisasi HAM, Amnesty International, menyebut pemulangan warga Rohingya secara terorganisasi itu merupakan langkah yang ceroboh. [lt]