Kalangan pengusaha meminta pemerintah memiliki arah kebijakan yang tidak menyulitkan pengusaha, mengingat belum pulihnya perekonomian global yang otomatis berdampak negatif terhadap ekonomi nasional dan berpengaruh terhadap iklim usaha.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani.
Usai pertemuan sejumlah menteri dengan para pengusaha di Jakarta, Senin (23/2), Haryadi mengatakan pengusaha menyampaikan beberapa masukan kepada pemerintah.
Sebagai contoh, ujarnya, target pemerintah meningkatkan penerimaan negara melalui pajak harus dievaluasi agar jangan sampai menyulitkan pengusaha.
“Naiknya kan tinggi sekali, 40,3 persen. Kalau kita hitung pajak, bea dan cukai dalam kondisi ekonomi dunia makro yang kurang begitu bagus, di dalam negeri juga sebetulnya terjadi perlambatan. Nah, ini tentunya kan jangan sampai nanti target itu menjadi tidak realistis sewaktu diimplementasikan," ujarnya.
Realisasi penerimaan negara melalui pajak tahun lalu sebesar Rp 1.058,3 trilyun.
Pada kesempatan sama, ketua umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pengusaha merasa khawatir terhadap iklim usaha tahun ini karena pemerintah belum menyampaikan arah kebijakan yang akan ditempuh kepada para pengusaha.
Sependapat dengan Apindo, Kadin juga tidak setuju pemerintah menargetkan penerimaan negara melalui pajak terlampau tinggi karena pada akhirnya akan membebani pengusaha. Ia juga menilai, pemerintah dan Bank Indonesia belum mampu membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika stabil, padahal bank sentral dan pengusaha harus bersinergi mempersiapkan diri menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Saat ini nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 12.900 per dolar Amerika, sementara asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2015 sekitar Rp 12.500 per dollar Amerika, naik dari asumsi semula yaitu Rp 11.900 per dollar Amerika.
“Rupiah dengan dolar ini kan sekarang relatif tinggi, ya ada yang merasa itu berat, tetapi tentu ada yang diuntungkan seperti eksportir kan itu diuntungkan," ujarnya.
"Ya mudah-mudahanlah supaya kita berupaya terus agar situasi ini lebih membaik menghadapi MEA. Kalau tidak segera menciptakan level playing field, berat.. harus ada roadmap yang jelas, jangan hanya asal ditingkatkan tanpa adanya suatu upaya-upaya yang bisa betul-betul bisa menjamin kelangsungan dunia usaha, bisa menjamin iklim usaha yang kondusif."
Menteri Koordinasi bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, hampir seluruh mata uang negara-negara lain juga mengalami tekanan seperti dialami oleh rupiah dan fluktuasi yang terjadi bersifat sementara.
"Dan mata uang dunia masih mengalami kendala yang sama. Tapi saya melihat misalnya data bahwa orang-orang cukup optimistis dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah, politik kelihatannya kan sudah selesai ya, mudah-mudahan," ujarnya.