Usai lawatan luar negeri pertamanya ke tiga negara, Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengatakan pemerintah Indonesia akan terus aktif dalam berbagai forum internasional untuk menarik investor, dengan tetap didasari oleh kepentingan nasional.
"Kita ikut di APEC, di Asia Summit, di G20. Artinya apa? Supaya arah perkembangan ekonomi global itu kita juga ikuti. Jangan sampai arah kita menjadi keliru. Meskipun pada akhirnya kepentingan nasional harus didahulukan. Kepentingan rakyat harus didahulukan. Tapi arah angin menuju ke mana, kita harus ngerti," ujarnya di Jakarta, Senin (17/11).
Presiden Jokowi baru saja menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Beijing, KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Asia Timur di Myanmar, serta KTT G20 di Australia. Ia mengatakan agar pemerintah Indonesia menggunakan forum itu untuk menyampaikan agar negara-negara berkembang diberikan ruang sehingga tidak dirugikan.
Hasil dari kunjungan kerjanya ke tiga negara itu, menurut Presiden, akan ditindaklanjuti oleh menteri-menteri terkait agar tidak terhenti pada tingkat pembicaraan namun harus diwujudkan secara konkret.
Lebih lanjut tentang pandangannya atas politik luar negeri bebas aktif, Presiden mengatakan bebas aktif berarti bebas berteman dengan semua negara asalkan memperoleh manfaat sebesar-besarnya untuk rakyat.
Guru besar fakultas ekonomi Universitas Gadjah Mada, Mundrajat mengatakan, pemerintah harus lebih mengedepankan kepentingan nasional dalam menarik investor ke Indonesia karena peranan modal asing makin lama makin meningkat di negeri ini.
"Kalau kita bicara tambang, sekitar 70 persen pemainnya asing. Kita bicara perbankan sekitar 50 hingga 55 persen itu asing. Bicara pasar modal juga gitu, 50 – 60 persen dikuasai asing. Nah yang perlu kita jaga adalah agar kepentingan nasional itu nomor 1. Yang dikatakan pak Jokowi itu betul. Kepentingan nasional itu menjadi prioritas dalam perdagangan, industri maupun investasi," ujarnya.
Investasi US$ 27,4 Milyar
Data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia mendapatkan komitmen investasi sebesar US$27,4 miliar yang didapatkan melalui penawaran proyek investasi kepada investor serta pengusaha-pengusaha China selama KTT APEC 2014 di Beijing.
Dari data KADIN, ada setidaknya 12 proyek pertambangan, energi, dan infrastruktur yang sudah didapatkan sebagai sumber pendanaannya oleh pemerintah.
Beberapa proyek yang besar nilai investasinya adalah sebagai berikut:
1. Pembangkit listrik berkapasitas 6.080 megawatt (MW) di Sungai Tayang, Tandjung Selor, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Utara. Total Investasi sebesar $17,8 miliar. Calon investor adalah Shanghai Electric Power Co. Ltd dan China Power Investment Corporation dengan mitra lokal yaitu PT. Kayan Hydro Energy. Pembangkit tersebut diproyeksi dapat menyediakan seluruh kebutuhan listrik Pulau Kalimantan dan pengerjaannya dibagi menjadi lima tahap sampai 2024.
2. Galangan kapal dengan kapasitas produksi 500 unit kapal ukuran 3.500-5.000 DWT dalam lima tahun.Total investasi sebesar $5,15 miliar. Calon investor adalah Shen Zhen Tian He Wei Hang Investment Co. Ltd. dengan mitra lokal PT. Zadasa yang merupakan bagian dari grup PT. Indosmelt. Galangan kapal tersebut mampu memproduksi kapal kargo, kontainer, LNG, semen curah, dan sebagainya.
3. Kawasan industri seluas 1.300 hektar di Sulawesi Tenggara. Total investasi $1,5 miliar. Calon investor adalah Fujian Tian Mao Property Group dengan mitra lokal PT. Global Sukses Grup. Investor tersebut akan membangun kawasan industri di Konawe Utara dan Kolaka Utara di Sulawesi Tenggara. Kawasan tersebut memiliki pembangkit listrik berkapasitas 2×150 MW untuk memenuhi kebutuhan 10 pabrik pengolahan nikel dan dilengkapi pelabuhan berkapasitas bongkar muat 50 ribu metrik ton.
Beberapa proyek yang lain juga ditandatangani komitmen untuk investasinya yaitu jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya sepanjang 800 kilometer; pabrik pengolahan gula di Mojokerto, Jawa Timur; pabrik pengolahan tembaga di Gresik Jawa Timur; serta pabrik pengolahan nikel dan besi di Konawe, Sulawesi Tenggara.