Ilmu yang mendukung bulir-bulir yang menjadi sumber pangan bagi setengah penduduk dunia telah mengalami lompatan yang jauh ke depan.
Kalangan ilmuwan melaporkan adanya peningkatan terbesar dalam beberapa puluh tahun terakhir terkait produktivitas tanaman padi.
Apabila hasilnya dapat bertahan dalam uji-uji berikutnya, hal ini dapat meningkatkan pasokan secara besar-besaran dari makanan pokok penting di saat adanya peningkatan pesat populasi global. Para peneliti telah menemukan versi sebuah genus yang meningkatkan jumlah cabang dari bagian tanaman yang menghasilkan bulir-bulir padi.
Tim terkait menggunakan metode pemuliaan tanaman konvensional dalam memperkenalkan versi genus ini ke dalam lima varietas padi. Varietas-varietas yang baru ini menghasilkan 28 hingga 85 persen lebih banyak beras ketimbang varietas induknya.
Ini adalah sebuah peningkatan besar, ujar pemulia padi asal University of Arkansas, Xueyen Sha.
“Apabila kita dapat mencapai, katakanlah, 6 persen, mungkin kita dapat anggap ini adalah sebuah prestasi besar,” ujar Sha.
Sha tidak ikut serta dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports.
Ia mewanti-wanti ini adalah uji coba terkontrol berskala kecil, dan masih belum jelas bagaimana hasilnya di ladang-ladang pertanian.
Hasil panen padi belum meningkat banyak sejak adanya peningkatan besar dalam “Revolusi Hijau” di tahun 1960-an, yang ditujukan untuk mendorong produksi beras.
Para pakar mengatakan peningkatan besar dalam produksi pangan akan dibutuhkan sebagai antisipasi sumber pangan bagi tambahan 2 miliar penduduk bumi menjelang tahun 2050.
Tidak semua varietas padi yang diuji kalangan ilmuwan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Ini salah satu alasan untuk kewaspadaan, ujar pakar genetika padi, Shannon Pinson, dari the U.S. Department of Agriculture.
“Ini adalah kabar yang menarik,” ujar Pinson. “Namun saya kira tingkatnya tidak semenarik Revolusi Hijau.”
Varietas-varietasd padi yang baru ini akan tersedia bagi kalangan petani dalam jangka waktu dua hingga empat tahun. [ww]