Robot yang menjadi rekan satu tim dan lengan “ular” yang dapat menemukan retakan sepanjang 0,005 milimeter hanyalah dua dari inovasi teknologi militer AS terkini yang diperagakan di Pentagon pekan ini.
Defense Laboratory Enterprise memperagakan lebih dari 80 benda pameran dua tahunan Lab Day yang berlangsung hari Kamis. Inisiatif ini adalah jaringan yang terdiri dari 63 laboratorium pertahanan, pusat peperangan dan pusat rekayasa yang beroperasi di seluruh Amerika Serikat, dan perhelatan ini memberikan kesempatan bagi komunitas Departemen Pertahanan untuk melihat dari dekat proyek-proyek dalam beragam tahapan pengembangan dan kesiapan.
Berikut ini adalah beberapa yang menjadi favorit VOA:
Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit
Bayangkan seorang prajurit menemukan benda yang mencurigakan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Saat ia berhenti untuk menyelidiki, ia segera melihat seorang serdadu musuh dan harus bertindak tanpa waktu yang cukup untuk membidik senjata lewat matanya. Dan ia tidak dapat melihat musuh lain yang sudah menunggu di balik sudut.
Dengan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit, prajurit tersebut dapat mengamati sekelilingnya dengan lebih baik dan butuh hanya sedikit waktu untuk bereaksi terhadap bahaya yang mengancam dengan lebih akurat.
Ronald Geer, seorang sersan kepala yang ditugaskan pada the Army's Communications-Electronics Research, Development and Engineering Center mengatakan Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit terhubung secara nirkabel dengan tiga peralatan teknologi yang dikenakan oleh seorang serdadu: piranti visual optik, piranti termal pada senjata, dan sistem komunikasi yang dikenakan di dada.
“Apa yang peralatan ini mampu lakukan adalah meningkatkan kecepatan dan kemampuan saya yang mematikan di medan tempur, khususnya dalam situasi pertempuran jarak dekat,” ujar Geer. “Saya tidak perlu terlalu khawatir dengan keharusan untuk mengangkat senjata ke titik yang tepat dimana saya dapat membidik melalui piranti termal ini, karena saat saya mengangkat senjata, apa yang dilihat oleh piranti ini, dapat saya lihat segera lewat piranti optik ini.”
Konektivitas juga memungkinkan para serdadu untuk menggunakan senjata mereka untuk melihat apa yang ada di balik sudut tanpa harus menggerakkan tubuh dalam posisi yang dapat membahayakan prajurit tersebut.
Piranti Teknologi Visual Terintegrasi untuk Prajurit memperbaharui situasi dalam waktu nyata juga, memberikan cara secara virtual untuk “menandai” rintangan atau persenjataan musuh sehingga serdadu-serdadu lain dapat melihat apa yang pengguna piranti tersebut lihat.
Evaluasi Akses Tersembunyi Nondestruktif
Secara berkelakar disebut “ular di pesawat” oleh beberapa orang di Laboratorium Penelitian Angkatan Udara, R.A.N.D.E. (diucapkan Randy) adalah lengan robot yang dapat meliuk-liuk lewat celah sekecil 7 sentimeter untuk memeriksa bagian dalam sayap pesawat atau struktur lainnya tanpa harus membongkarnya.
Insinyur Senior bidang Material, Charles Bunyak, mengatakan pada VOA bahya piranti penginderaan apapun dapat dihubungkan ke R.A.N.D.E. untuk memeriksa kerusakan struktural dalam ukuran kecil.
“Kami melakukan inspeksi terhadap retakan dalam kelipatan 1/50.000 inchi (0,00508mm) – sebelum retakan ini menjadi hal besar … dan berkembang menjadi permasalahan serious bagi pesawat terbang,” ujar Buynak.
Sistem ini dikendalikandari pengontrol konsol video game Xbox 360 rumahan. Buynak mengatakan ini membuat R.A.N.D.E mudah digunakan oleh operator berusia muda. Alasan lainnya bagi Angkatan Udara adalah untuk memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia.
“Mengapa menghabiskan uang untuk mengembangkan sesuatu yang dengan mudah tersedia yang dapat kita adaptasikan dengan aplikasi kita di sini?” ujarnya.
Kawanan robot sebagai rekan satu tim
AD AS sedang mengembangkan cara-cara untuk menggunakan robot bukan sebagai alat namun sebagai rekan satu tim. Laboratorium Riset Angkatan Darat memperagakan beberapa robot yang dapat digunakan sebagai induk untuk mengembangkan algoritma piranti lunak untuk kecerdasan buatan dan tujuan pembelajaran berbasis mesin.
Stuart Young, kepala Kontrol Aset dan Cabang Perilaku, mengatakan pada VOA tujuannya adalah untuk melindungi para prajurit dengan menggunakan teknologi untuk “memanipulasi benda yang tidak diketahui di dunia yang tidak diketahui.”
Timnya sedang mengembangkan algoritma Kecerdasan Buatan yang dapat mengeneralisasi dan memahami apa yang terjadi di lingkungan robot.” Dan begitu kita memperoleh informasi tersebut,” ujar Young, “kita dapat memanipulasinya untuk mencapai misi yang harus dilakukan oleh robot.”
Misi-misi robot semacam itu bisa berkisar dari menembus posisi pertahanan musuh hingga menyingkirkan piranti peledak spontan, atau sekedar menyingkirkan benda berukuran besar sementara para prajurit berada di lokasi yang lebih aman. [ww]