Menurut perusahaan keamanan komputer Symantec, peralatan peretas yang digunakan oleh CIA mungkin terlibat dalam sekurangnya 40 serangan siber di 16 negara.
Symantec mengatakan laporannya yang dikeluarkan hari Senin didasarkan pada dokumen CIA yang dirilis oleh WikiLeaks bulan lalu. Symantec mendapati bahwa peralatan dalam informasi yang dirilis WikiLeaks baru-baru ini terkait dengan infiltrasi elektronik terhadap organisasi keuangan, energi dan antariksa internasional di seluruh dunia.
Perusahaan-perusahaan, universitas dan departemen-departemen pemerintah menjadi sasaran serangan itu dimana Timur Tengah menjadi sasaran utamanya.
Kata ‘CIA” tidak digunakan dalam posting Symantec, tapi tidak banyak yang meragukan asal peralatan itu. Ketika WikiLeaks mulai merilis dokumen itu awal Maret, WikiLeaks memberi penjelasan mendetail mengenai bagaimana peralatan itu diambil dari Pusat Intelijen Siber CIA.
CIA menolak mengomentari langsung laporan Symantec atau keaslian dokumen yang dirilis oleh WikiLeaks. Sebaliknya juru bicara CIA membela upaya CIA yang”secara agresif mengumpulkan intelijen asing” dan mengatakan publik Amerika seharusnya “sangat prihatin” dengan perilaku WikiLeaks.
“Para diktator dan teroris tidak punya teman sebaik Julian Assange di dunia, karena hanya privasi mereka yang dilindungi” kata juru bicara CIA Jonathan Liu kepada VOA. Ia menegaskan bahwa badan mata-mata itu dilarang mengumpulkan intelijen pada warga Amerika dan “tidak melakukannya.”
Peralatan CIA yang dipaparkan oleh WikiLeaks tidak menyangkut pemantauan massal dan semua sasaran adalah entitas pemerintah atau untuk alasan-alasan lain punya nilai keamanan nasional yang sah, kata Symantec.
Kaitan apapun antara pengungkapan WikiLeaks dan program mata-mata aktif akan makin mempermalukan komunitas intelijen Amerika. Fakta bahwa organisasi-organisasi Eropa diduga menjadi sasaran menjadi pertanyaan sulit bagi Amerika dan agen-agen mata-matanya karena menarget sekutu. [my/al]