Vietnam akan mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara tahun 2020, menurut perkiraan bank investasi multinasional Inggris HSBC.
Vietnam mendapat keuntungan dari perang dagang China-Amerika. Sektor jasa dan ekspor ikut terdongkrak, sehingga pertumbuhan ekonomi naik 7% tahun ini, kata ekonom HSBC Yun Liu. Tapi dia mengatakan negaranya tetap rentan menghadapi risiko ekonomi, termasuk inflasi dan perlindungan dagang.
Inflasi naik karena flu babi menyebabkan harga daging babi melonjak, dan menunjukkan bagaimana sebuah produk bisa mempengaruhi indikator ekonomi dari suatu negara berpenduduk hampir 100 juta orang. Vietnam juga khawatir inflasi akan memburuk apabila ketegangan di Timur Tengah menyebabkan kenaikan harga minyak.
BACA JUGA: Produsen Bawang Putih AS Menuai Berkah Perang Dagang AS-ChinaMeski demikian, Liu memprediksi kinerja ekonomi Vietnam yang "impresif" akan menyebabkan pertumbuhan 7%, mengalahkan Myanmar, Filipina, dan anggota ASEAN lainnya.
Liu mencatat bahwa sejumlah pemain besar dalam bidang teknologi, mulai dari Nintendo sampai Google, pindah ke Vietnam, kemungkinan karena perang dagang membuat produksi di China lebih mahal.
"Perang dagang mendorong perusahaan-perusahaan multinasional melakukan relokasi. Banyak raksasa teknologi termasuk Apple, Google, Nintendo dan Kyocera, kini telah mengikuti jejak Samsung dan berencana memindahkan sebagian produksi mereka ke Vietnam," kata Liu.
Samsung, raksasa ponsel pintar Korea Selatan, sudah mencapai hampir seperempat ekspor Vietnam. Perusahaan lainnya menyusul jejak Samsung. Total ekspor elektronik ke Amerika naik 76% dalam 11 bulan pertama 2019, mengingat tarif AS membuat ponsel buatan China lebih mahal bagi konsumen Amerika.
"Beda dengan banyak negara Asia yang aktivitas industrinya mengecil, sektor manufaktor Vietnam tetap kuat pada 2019, dan menyumbang 30% pertumbuhan GDP," kata Liu.
Juga menyebabkan pertumbuhan GDP adalah meningkatnya pariwisata dan semakin banyak warga Vietnam membeli produk dalam negeri. (vm/ii)