Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela, di Ngagel, Surabaya, adalah salah satu dari tiga gereja di Surabaya yang menjadi sasaran serangan bom bunuh diri pada 13 Mei 2018 lalu.
Enam orang umat Paroki Santa Maria Tak Bercela meninggal dunia dalam serangan bom bunuh diri dua anak laki-laki terduga teroris Dita Oeprianto. Keenamnya adalah Ciska Eddy Handoko, Liem Gwat Nie, Mayawati, Aloysius Bayu Rendra Wardhana, serta kakak beradik Vincentius Evan Hudoyo dan Nathanael Ethan Hudoyo.
BACA JUGA: Misa Tutup Peti Anak Korban Teror Bom, Semua Orang Diajak MengampuniUmat Kristiani tidak surut langkah memenuhi Gereja Santa Maria Tak Bercela di bagian dalam hingga halaman luar, untuk beribadah Natal. Menurut Koordinator Keamanan Panitia Natal Paroki Santa Maria Tak Bercela, FX Ping Teja, kehadiran umat Katolik yang selalu memenuhi setiap jam Misa pada 24 dan 25 Desember 2018, membuktikan bahwa peristiwa bom bunuh diri pada Mei yang lalu tidak mempengaruhi umat dalam merayakan Natal.
“Peristiwa 13 Mei kemarin sudah boleh dikata, sudah tidak terasa bagi kami, karena itu pun karena memang terus menerus dari romo, dan mungkin dari pengurus, untuk selalu memberikan ke mereka (umat) motovasi-motivasi bahwa kejadian yang kemarin itu memang sudah ada yang berkehendak. Jadi mereka sudah ke gereja dalam keadaan sudah seperti normal kembali, jadi sudah berpasrah penuh,” kata Ping Teja.
Selain motivasi dan peneguhan iman dari para romo di Paroki Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Ping Teja menegaskan bahwa pemerintah melalui aparat keamanan dan dari berbagai kelompok lintas agama, ingin memastikan bahwa perayaan Natal di Surabaya dalam kondisi aman.
“Dari romo paroki kami mengimbau bahwa, ayo kita menyambut kedatangan Yesus kali ini dengan suasana yang penuh iman, tidak ada rasa kekhawatiran, tidak ada rasa takut maupun merasa tidak aman. Dengan pengamanan-pengamanan yang demikian, kita kan sudah melihat bahwa kita aman,” imbuh Ping Teja.
Selain Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel, bom bunuh diri pada 13 Mei yang lalu juga menyasar Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno, serta Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro. Ibadat perayaan Natal di gereja-gereja itu tetap dihadiri jemaatnya dengan tenang dan tanpa rasa takut.
Bahkan di gereja-gereka yang memiliki jumlah jemaat cukup banyak, umat yang hadir nampak membludak memenuhi bagian dalam gedung maupun halaman gereja.
Pendeta Andri Purnawan, selaku Gembala Jemaat GKI Darmo Satelit mengatakan, banyaknya jemaat yang hadir di setiap jam ibadat Natal menunjukkan bahwa peristiwa bom di Surabaya tidak berpengaruh terhadap aktivitas peribadatan umat Kristiani di Surabaya. Bahkan, secara khusus perayaan Natal kali ini turut mendoakan kedamaian dan kesejahteraan bagi Indonesia.
“Kita bisa membaca bahwa sesungguhnya gairah umat Kristriani untuk merayakan Natal, itu tidak terpengaruh dengan peristiwa bom yang ada di Surabaya. Salah satunya justru kita memaknai peristiwa bom Surabaya itu dengan mencanangkan tema Natal kita adalah Damai Sejahtera di Bumi Pancasila. Umat Kristen ingin mendoakan sekaligus juga ingin menciptakan suasana damai sejahtera di bumi Pancasila, secara khusus di Kota Surabaya yang tercinta ini,” ujar Andri.
BACA JUGA: Perayaan Natal di Tengah Duka TsunamiPada perayaan Natal di GKI Darmo Satelit, dihadiri pula oleh umat lintas agama dari berbagai komunitas, seperti Rumah Bhinneka, umat Khonghucu, Katolik, Buddha, Hindu, Aliran Kepercayaan, serta sejumlah umat Islam dari Pondok Pesantren Ngalah, Pasuruan. Kehadiran umat lintas agama dan kepercayaan pada perayaan Natal kali ini, menurut Pendeta Andri Purnawan menunjukkan bahwa Indonesia yang berbhinneka masih ada dan ini membesarkan hati, ujarnya.
“Kami sangat mensyukuri kehadiran teman-teman, terutama tadi juga ada dari Pondok Pesantren Ngalah (Pasuruan) yang jauh-jauh, sungguh ini merupakan sesuatu yang layak dirayakan. Bagi saya, peristiwa bom Surabaya itu seperti alarm yang membangunkan semangat kebhinnekaan kita. Itu sangat berarti bagi kami, dan juga tentu sangat berarti bagi jemaat sebab kami melihat Indonesia masih ada. Dan bahkan kami sangat mengapresiasi kerja keras rekan-rekan dari lintas iman, terutama dari rekan-rekan Muslim yang selama Natal ini justru mereka sangat sibuk untuk memberikan penegasan bahwa Indonesia masih ada, Indonesia masih aman. Mereka berkunjung dari satu gereja ke geraja lain,” tambah Andri. (pr/em)
Your browser doesn’t support HTML5