Keputusan Pakistan untuk menutup perbatasan dengan Afghanistan adalah tindakan simbolis untuk memaksa negara tetangganya itu mengambil tindakan terhadap kelompok-kelompok ekstremis yang dituduh mengobarkan serangan terror lintas perbatasan.
Ini adalah kenyataan pahit bagi turis dan pedagang yang terjebak selama hampir dua minggu di kedua sisi lintasan berdebu di Torkham, Ghulam Khan dan Chaman.
Para pejabat memperkirakan, kerugian dalam bidang perdagangan tiap hari mencapai US$3 juta.
Bertruk-truk makanan sudah membusuk. Keluarga terpisah-pisah. Orang yang mencari pengobatan untuk berbagai penyakit sudah kehabisan uang dan obat-obatan. Hanya ambulans yang membawa jenzah dari sisi Pakistan yang diizinkan untuk lewat.
"Kami mohon kedua pemerintah untuk memperhatikan masalah kami," kata Ahmadullah, warga Afghanistan yang terjebak di sisi Pakistan.
"Kami menderita dalam hal kesehatan. Kami telah kehabisan obat-obatan. Lihatlah teman saya yang sedang duduk dan muntah."
Orang Afganistan lain yang terjebak, Sayedul Haq menambahkan: "Mereka seharusnya membiarkan kami menyeberang dan bergabung dengan keluarga kami. Biarkan mereka membangun tembok. Kami tidak akan pergi lagi ke Pakistan, karena kami mempunyai negara sendiri. Mari kita lupakan Pakistan. Kami seperti tahanan."
Pemerintah Pakistan mengatakan mereka mengerti dengan penderitaan itu, tetapi harus mengambil tindakan karena adanya serangan teror di seluruh negeri yang menewaskan lebih dari 150 orang hanya dalam beberapa hari. [ps/isa]