China menekankan kerja sama perdagangan dengan Timur Tengah dan Afrika Utara semasa pandemi COVID-19, tetapi beberapa pengamat berpendapat banyak inisiatif baru-baru ini cenderung cuma pamer, tidak ada substansi. Namun demikian, kerja sama ekonomi antara negara-negara Timur Tengah dan China dalam 20 tahun ini luar biasa pesat.
Media Mesir secara luas melaporkan pengiriman alat-alat kesehatan dan medis baru-baru ini dari China, menunjukkan bahwa peningkatan hubungan ekonomi antara kedua negara tetap menjadi fokus pemerintah Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi telah lima kali melakukan lawatan ke China sejak menjabat tahun 2014 dan China adalah mitra ekonomi Mesir terbesar kedua pada tahun 2019 dengan nilai perdagangan 10 miliar dolar. Pada pertemuan global di Beijing tahun lalu, Presiden Sissi mengatakan, hubungan itu penting bagi Mesir:
El Sisi mengatakan, ia sangat ingin melawat ke China karena Mesir menganggap penting "prakarsa Sabuk dan Jalan," selain kepentingan bersama dan ancaman bersama yang mengikat kedua negara akan potensi bagi stabilitas dan pertumbuhan.
BACA JUGA: China Ancam Tindakan Balasan Terhadap Perusahaan Teknologi ASSebagian besar perdagangan China dengan Afrika Utara dan Eropa melintasi Terusan Suez yang dikuasai Mesir dan China sepakat menginvestasikan 18 miliar dolar di Mesir pada tahun 2018, termasuk zona perdagangan bersama di sepanjang terusan itu, selain proyek-proyek infrastruktur dalam energi, transportasi dan sector-sektor pembangunan.
Kepada VOA, DR. Paul Sullivan, dosen pada National Defense University di Amerika, mengatakan "Perdagangan China di wilayah itu tidaklah sedominan yang mungkin diduga banyak orang, tetapi tentu mereka ingin ke arah sana, (dan) kepentingan mereka dalam perdagangan dengan negara-negara ini cukup berkembang sejak tahun 2000."
Hubungan China dengan Uni Emirat Arab (UEA) juga telah berkembang secara dramatis dalam beberapa tahun ini, dan China menjadi mitra dagang terbesar UEA pada tahun 2017 dengan nilai perdagangan 53 miliar dolar. Proyeksi perdagangan senilai 80 miliar dolar pada tahun 2020 mungkin tidak akan terwujud, karena pandemi COVID-19 meredam perdagangan dunia.
Pelabuhan Dubai adalah titik fokus utama perdagangan China di seluruh Kawasan tersebut.
BACA JUGA: Luhut: Jika AS Relokasi Industri dari China, Kita Siap TampungChina juga telah meningkatkan bantuan kesehatan dan medis ke Iran semasa krisis COVID-19, yang telah memukul keras Iran. Namun demikian, hubungan perdagangan antara China dan Iran cukup kecil dibandingkan hubungannya dengan UEA dan Arab Saudi.
Aljazair juga telah menjadi fokus utama perdagangan China di dunia Arab. Impor barang dan jasa dari China ke Aljazair hampir bernilai 8 miliar dolar pada tahun 2018. Duta Besar China Yang Ghuangho mengatakan, Aljazair setuju menjadi mitra utama dalam "Prakarsa Sabuk dan Jalan."
Niu Xinchun, direktur Institut Kajian Timur Tengah di China, dalam diskusi kelompok peneliti Chatham House baru-baru ini mengatakan, menurutnya "China adalah pendatang baru di Timur Tengah dan media internasional membesar-besarkan peran negara itu di kawasan tersebut.
"Media Amerika," ujar Xinchun, "melebih-lebihkan kemampuan dan niat China." Namun demikian, peningkatan perdagangan bilateral antara China dan sebagian besar negara-negara Timur Tengah adalah nyata, meskipun sementara ini mengalami penurunan akibat COVID-19.[ka/jm]