Pesawat Ethiopia dari Addis Ababa jatuh tak lama setelah lepas landas hari Minggu (10/3), menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 157 orang.
Kantor berita Ethiopia mengatakan pesawat yang jatuh di dekat kota Bishoftu itu membawa penumpang dari 33 negara. CEO maskapai penerbangan itu, Tewolde Gebremariam, sebagaimana dikutip Associated Press mengatakan diantara korban terhadap warga negara Kenya, Kanada, China, Amerika, Ethiopia, Italia, Perancis, Inggris, Mesir, India, Slovakia dan beberapa negara lain.
VOA belum berhasil menghubungi KBRI di Addis Ababa untuk memastikan ada tidaknya warga negara Indonesia yang menjadi korban.
Maskapai penerbangan itu mengatakan pesawat kehilangan kontak dengan bandara internasional Bole, hanya enam menit setelah lepas landas jam 8:38 pagi waktu setempat.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed lewat Twitter menyampaikan belasungkawa mendalam atas musibah ini.
Menurut database maskapai penerbangan sipil, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang jatuh ini baru saja dikirim ke Addis Ababa November lalu.
Tak lama setelah kecelakaan ini pihak Boeing mengeluarkan pernyataan melalui Twitter, menyampaikan belasungkawa dan mengatakan “Tim teknis Boeing bersiap memberikan bantuan teknis berdasarkan permintaan dan petunjuk Dewan Keselamatan Penerbangan AS NTSB.”
Flightradar 24 mencuit di Twitter bahwa “kecepatan vertikal” pesawat Ethiopia itu “tidak stabil setelah lepas landas.”
Boeing 737-MAX 8 yang jatuh di Addis Ababa ini adalah model yang sama dengan yang jatuh di Tanjung Karawang, Jakarta, Oktober lalu, yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat yang berjumlah 189 orang. Pesawat juga mengalami masalah tak lama setelah lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Jakarta.
Tim penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi KNKT, dalam laporan pendahuluan November lalu, mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari perekam data penerbangan, sistem keselamatan otomatis pesawat itu berulangkali mendorong hidung pesawat ke bawah, meskipun pilot berupaya keras mempertahankan kendali. KNKT yakin sistem otomatis yang mencegah pesawat berhenti jika terbang terlalu tinggi, pada pesawat Boeing versi baru itu menerima informasi yang salah dari sensor pada badan pesawat.
Pesawat Boeing 737-MAX 8 yang jatuh di Selat Sunda itu, juga mengalami masalah yang sama ketika terbang dari Bali pada malam sebelumnya. [em]