PM Bangladesh Mulai Kampanye Pemilihan Kembali

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina secara resmi memulai kampanye partai yang berkuasa, Liga Awami, pada Rabu (20/12) di tengah boikot pemilu yang dilakukan oleh partai oposisi utama di negara tersebut.

Saat berpidato di kampanye besar-besaran di kota Sylhet, Hasina mengecam keras Partai Nasionalis Bangladesh karena menolak ikut serta dalam pemilihan umum 7 Januari. Dia juga menyalahkan partai tersebut, yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Khaleda Zia, dan sekutunya atas tindakan kekerasan baru-baru ini.

Ratusan ribu pendukung Liga Awami bersorak dan mengangkat tangan ketika Hasina bertanya, apakah mereka bersedia memberikan suara mereka untuk kandidat dari partai yang berkuasa, seperti dilaporkan kantor berita United News of Bangladesh.

Perdana menteri mengecam partai saingan beratnya, Zia, setelah menteri perkeretaapian negara tersebut menuduh, bahwa pembakaran dan sabotase telah menyebabkan kebakaran di sebuah kereta penumpang yang menewaskan empat orang pada Selasa.

BACA JUGA: Menteri Bangladesh Tuduh Partai Oposisi Utama Lakukan Aksi Pembakaran Kereta untuk Kacaukan Pemilu

Hasina bergabung dengan menteri tersebut pada hari Rabu dalam menuduh Partai Nasionalis Bangladesh berada di balik aksi tersebut.

“Mereka mengira dengan adanya beberapa insiden pembakaran, pemerintah akan jatuh. Itu tidak mudah,” kata dia seperti dikutip United News of Bangladesh.

“Seekor kambing hitam yang duduk di London memberi perintah dan beberapa orang di sini untuk bermain api,” kata Hasina merujuk pada putra Zia, Tarique Rahman, yang mengasingkan diri di Inggris sejak 2008.

Rahman dihukum atas berbagai dakwaan kekerasan kriminal, termasuk serangan granat pada 2004 pada rapat umum oposisi ketika ibunya menjabat sebagai perdana menteri dan Hasina menjadi pemimpin oposisi.

Dia adalah penjabat ketua Partai Nasionalis Bangladesh di tengah ketiadaan Zia yang sedang sakit, dan dihukum karena korupsi, dan dijatuhi hukuman 17 tahun penjara.

Pada Rabu, partai tersebut mendesak warga Bangladesh untuk bergabung dengan gerakan non-kooperatif melawan pemerintah dengan menolak membayar pajak.

Ruhul Kabir Rizvi, sekretaris jenderal gabungan senior partai tersebut, juga mendesak warga dan pegawai pemerintah untuk tidak bekerja sama dengan pemerintahan Hasina, dalam menjalankan negara dan menyelenggarakan pemilu bulan depan, di mana perdana menteri sedang mengupayakan masa jabatan keempatnya berturut-turut.

Partai Zia sesekali menyerukan blokade transportasi dan pemogokan umum sambil menuntut pengunduran diri Hasina.

Partai tersebut mengatakan lebih dari 20 ribu pendukung oposisi telah ditangkap sejak 28 Oktober, ketika unjuk rasa besar-besaran anti-pemerintah berubah menjadi kekerasan.

Pihak berwenang menyalahkan Partai Nasionalis Bangladesh atas serangan terhadap kediaman resmi ketua hakim negara tersebut dan kematian seorang petugas polisi pada hari unjuk rasa.

Para pengritik Hasina mengatakan, pemerintahannya telah menggunakan polisi dan lembaga lain untuk membungkam mereka.

Bangladesh adalah negara demokrasi parlementer dengan sejarah kekerasan, terutama sebelum dan selama pemilu.

Kampanye untuk pemilu bulan depan dimulai di seluruh negeri pada Senin dengan sekitar 1.900 kandidat, termasuk banyak kandidat independen, mencalonkan diri untuk kursi parlemen di 300 daerah pemilihan.

PBB, Amerika Serikat dan Uni Eropa sebelumnya mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan dan bekerja sama untuk menciptakan kondisi bagi pemilu yang bebas, adil dan damai. [ns/jm]