Perdana Menteri Israel mengatakan persetujuan perdamaian sementara dengan Palestina mungkin dicapai kalau kedua pihak tidak dapat menyepakati tentang masalah-masalah utama yang telah melumpuhkan usaha perdamaian selama bertahun-tahun, seperti status Yerusalem dan hak untuk kembali bagi orang-orang Palestina yang meninggalkan tanah air mereka bertahun-tahun yang lalu.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut kemungkinan persetujuan perdamaian sebagian untuk pertama kalinya pada hari Senin dalam wawancara dengan televisi Israel. Ia menyebut Yerusalem dan masalah pengungsi sebagai dua sengketa yang tidak terselesaikan yang menghambat perdamaian tetap dan menyeluruh.
Pimpinan perunding Palestina, Saeb Erekat, segera menolak gagasan itu. Ia mengatakan persetujuan atau penyelesaian sementara tidak dapat tercapai kalau tidak mencakup semua masalah inti yang disengketakan kedua pihak. Khususnya, katanya, keputusan mengenai status Yerusalem dan pengungsi tidak dapat ditangguhkan.
Palestina sedang mengusahakan penegakan negaranya di Tepi Barat dan Gaza dan ibukotanya Yerusalem Timur, yang telah diduduki Israel selama lebih 40 tahun, dan Israel mengatakan Yerusalem adalah ibukotanya yang abadi dan tidak boleh dibagi. Pembicaraan perdamaian selama bertahun-tahun telah gagal menyelesaikan masalah Yerusalem dan nasib ratusan ribu pengungsi Palestina pada masa perang sehubungan dengan pembentukan Israel tahun 1948.