Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-O-Cha mengatakan pada hari Selasa (6/12) bahwa dia ingin memerintah sampai tahun 2025, dan menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa dia berencana untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum mendatang di kerajaan itu.
Warga Thailand akan pergi ke tempat-tempat pemungutan suara awal tahun depan dan pada hari Selasa oposisi utama partai Pheu Thai meluncurkan beberapa tema kampanyenya.
Prayut berkuasa sebagai panglima militer dalam kudeta tahun 2014 sebelum memperkuat posisinya dalam pemilu 2019 yang kontroversial, tetapi popularitasnya payah.
Popularitas Pheu Thai naik tinggi dalam jajak pendapat tetapi konstitusi Thailand saat ini, yang dirancang di bawah aturan militer, menyusun sistem yang mendukung partai-partai yang terkait dengan militer.
Pada bulan September, Mahkamah Konstitusi memutuskan batas masa jabatan delapan tahun Prayut sebagai PM akan berakhir pada tahun 2025, dan ketika dia meninggalkan rapat kabinet mingguan pada hari Selasa dia memberikan jawaban atas pertanyaan terkait rencananya.
“Saya akan melakukan yang terbaik dalam dua tahun ini dan setelah itu akan ada pilihan yang sesuai yang diterima publik untuk melanjutkan pekerjaan saya,” katanya kepada wartawan.
Prayut secara luas diperkirakan akan meninggalkan Partai Palang Pracharath, yang memimpin koalisi yang berkuasa saat ini, dan bergabung dengan partai baru yang diperkirakan dibentuk khusus untuknya, sebelum pemilihan.
Tanggal pemilihan belum diputuskan, tetapi jika tidak dibubarkan lebih awal, parlemen akan mengakhiri masa jabatannya pada bulan Maret, dengan persiapan pemungutan suara pada bulan Mei. [lt/uh]