Polisi Bentrok dengan Demonstran Pasca Pemilu di Belarusia

Para petugas penegak keamanan Belarusia berlari saat bentrokan dengan para pendukung oposisi setelah pemungutan suara ditutup di Minks, Belarusia, 9 Agustus 2020.

Polisi dan demonstran bentrok, Minggu (9/8), di Belarusia setelah pemimpin otoriter yang lama berkuasa Alexander Lukashenko diperkirakan menang besar dalam pilpres.

Sekitar 1.000 orang berkumpul di Minsk dekat sebuah monumen. Polisi memukuli mereka dengan pentungan dan menggunakan granat kejut dan meriam air untuk membubarkan massa, yang berusaha membangun barikade dengan tong sampah.

Protes-protes diadakan di kota-kota lain di Belarusia, termasuk Gomel, Grodno, Vitebsk dan Brest, dimana polisi dilaporkan menembakkan gas air mata.

Belum jelas berapa orang yang ditangkap. Namun Ales Bilyatsky dari kelompok HAM Viasna mengatakan kepada Associated Press bahwa dia meyakini ada ratusan yang ditangkap. Belum ada laporan segera mengenai korban luka dalam protes-protes itu.

Beberapa waktu sebelumnya, Lukashenko pada Minggu (9/8) mengatakan dia tidak akan menoleransi para demonstran dan memperingatkan polisi akan bertindak tegas.

“Kalau kalian memprovokasi, kalian akan dapat jawaban yang sama," katanya. "Apakah kalian akan berusaha menggulingkan pemerintah, mematahkan sesuatu, melukai, menyinggung, dan mengharapkan saya atau seseorang untuk berlutut di depan kalian dan mencium mereka? Itu tidak akan terjadi."

Berbagai jajak pendapat dan komisi pemilu menyebut Lukashenko unggul sekitar 80 persen suara. Dan satu-satunya kandidat oposisi yang menantangnya dengan serius, Svetlana Tikhanovskaya, hanya mendapat 7 persen.

Tiga kandidat lainnya hanya simbolis.

Hasil akhir diperkirakan Senin (10/8) tapi kemungkinan tidak akan banyak berbeda. [vm/pp]