Polisi dan Demonstran di Thailand Bentrok

Polisi menembakkan gas air mata untuk menghentikan demonstran yang berbaris menuju kantor PM Prayuth Chan-ocha di Bangkok, Thailand hari Minggu (18/7).

Dengan menggunakan gas air mata, meriam air dan peluru karet, polisi Thailand hari Minggu (18/7) berupaya menghentikan demonstran yang berbaris menuju kantor Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang menyerukannya untuk mengundurkan diri.

Sebelum dibubarkan polisi, ada lebih dari seribu demonstran ikut serta dalam unjukrasa itu. Banyak diantara demonstran membawa kantong mayat tiruan untuk menggambarkan kematian akibat virus corona. Para demonstran menyalahkan perdana menteri dan pemerintahannya yang dinilai salah mengelola pandemi COVID-19.

“Pemerintah buruk dalam mengelola situasi COVID-19 dan jika kami tidak melakukan apapun tidak akan ada perubahan,” ujar Kanyaporn Veeratat, salah seorang demonstran yang berusia 34 tahun kepada kantor berita Reuters.

Penggunaan kekuatan oleh polisi ini terjadi ketika sebagian demonstran berupaya membongkar kawat berduri dan barikade logam yang dibangun pihak berwenang untuk memblokir jalan dari Monumen Demokrasi ke Gedung Pemerintah di mana perdana menteri bekerja.

“Pemerintah kejam!” cuit Panusaya “Rung” Sithijirawattanakul, seorang pemimpin demonstrasi, setelah kekerasan oleh polisi.

Demonstrasi itu menandai satu tahun pasca gelombang pertama demonstrasi jalanan yang dipimpin oleh kelompok anak muda yang menarik ratusan ribu orang dari seluruh negara itu.

Momentum demonstrasi itu terhenti setelah pihak berwenang mulai menindak para demonstran secara lebih keras dan menangkapi para pemimpin demonstrasi, dan setelah gelombang baru perebakan COVID-19.

Sebagian besar pemimpin demonstran yang ditangkap telah dibebaskan dengan uang jaminan dan sebagian telah kembali ikut demonstrasi anti-pemerintah bulan lalu. [em/jm]