Polisi Kashmir Tahan Ribuan dalam Penyisiran Pasca Penghapusan Status Khusus

Para perempuan Kashmir tampak menunggu di luar kantor polisi untuk mendengar kabar suami atau kerabatnya yang ditahan, Selasa (20/8).

Ribuan orang, sebagian besar pemuda, telah ditangkap dan ditahan di Kashmir yang dikelola India selama terjadinya lockdown (larangan keluar rumah) disertai pemadaman komunikasi yang diberlakukan lebih dari dua minggu lalu dalam upaya untuk mengurangi kerusuhan setelah diberlakukan perubahan terhadap status khusus Kashmir yang sudah berlangsung puluhan tahun, demikian menurut pejabat tinggi kepolisian Kashmir dan catatan polisi yang berhasil diperoleh kantor berita Associated Press.

Statistik menunjukkan sekurangnya 2.300 orang telah ditahan di lembah Himalaya. Mereka yang ditangkap termasuk demonstran anti-India dan juga pemimpin Kashmir yang pro-India, mereka ditahan di penjara dan fasilitas penampungan darurat lainnya, demikian menurut pejabat kepolisian, yang memiliki akses ke semua catatan polisi namun tidak mau disebut namanya karena tidak berwenang berbicara dengan wartawan serta takut akan ada pembalasan dari atasan mereka.

Tindakan keras ini dimulai tepat sebelum pemerintah nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi menghapus status semi-otonomi dari Jammu dan Kashmir. Ribuan tentara tambahan dikerahkan ke Lembah Kashmir, yang kini merupakan kawasan paling tinggi kehadiran militernya di dunia, dan mereka dikerahkan untuk menjaga pos-pos pemeriksaan yang dilindungi baja dan kawat berduri. Komunikasi telepon, jangkauan ponsel, internet broadband, dan TV kabel diputus, tetapi secara bertahap telah dipulihkan di beberapa tempat.

Meskipun ada tindakan keras, warga Kashmir hampir setiap hari berdemonstrasi sejak perintah 5 Agustus yang mencabut status khusus Kashmir, status yang berlaku sejak India mencapai kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. Tiga pejabat polisi mengatakan sekitar 300 demonstrasi dan bentrokan menentang kontrol India yang lebih ketat atas Kashmir terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

Salah seorang pejabat mengatakan sebagian besar penangkapan dilakukan di Srinagar, kota utama Kashmir dan pusat gerakan untuk mengusir India yang mayoritas Hindu dari Kashmir. Mayoritas warga Kashmir yang Muslim bercita-cita untuk bisa eksis secara independen atau bergabung dengan Pakistan.

Keluarga-keluarga berkerumun di luar kantor polisi menunggu giliran memohon pembebasan putra, suami, dan kerabat mereka pada hari Selasa (20/8).

Di daerah Soura di Srinagar, penduduk membarikade daerah mereka, menggali parit, memasang kawat berduri, dan mendirikan tiang baja dan seng untuk mencegah penggerebekan oleh polisi dan tentara. Penduduk, membawa kapak dan tongkat, bergiliran melakukan patroli malam. Mereka juga membagikan batu di sudut -sudut jalan untuk digunakan oleh warga kalau harus mempertahankan diri dari serangan tentara India.

Kashmir sebelumnya pernah mengalami penutupan dan penangkapan massal.

Masalah-masalah di wilayah ini berasal dari pembagiannya, yang membuat India menguasai sebagian besar Kashmir, dan Pakistan serta Tiongkok bertanggung jawab atas bagian-bagian lain di wilayah itu. Pemerintah India sering mencoba menekan pemberontakan, termasuk pemberontakan bersenjata yang berdarah pada tahun 1989. Sekitar 70.000 orang telah tewas sejak pemberontakan itu dan penindasan militer India setelahnya. (my/jm)