Polisi Perancis Berhasil Identifikasi Otak Teroris Paris

  • Lisa Bryant

Polisi Perancis memeriksa peringatan adanya bom di depan gedung pengadilan di Paris, Senin (16/11). Pihak berwenang Perancis telah menahan 23 orang dalam sejumlah razzia di seluruh negara itu pasca serangan di Paris Jumat (13/11) malam.

Pihak berwenang Perancis mengatakan telah mengidentifikasi seorang tersangka otak di balik serangan mematikan di Paris hari Jumat malam (13/11) yang menewaskan sedikitnya 129 orang.

Pihak berwenang Perancis telah menahan 23 orang dalam sejumlah razzia di seluruh negara itu pasca serangan teroris hari Jumat (13/11) di Paris. Mereka mengatakan telah mengidentifikasi seorang tersangka otak di balik serangan mematikan itu.

Seorang warga Belgia keturunan Maroko, Abdelhamid Abaaoud, disebut-sebut sebagai tersangka otak serangan yang menewaskan 129 orang itu. Pihak berwenang Belgia telah memburu Abaaoud awal tahun ini karena berusaha melancarkan aksi terror atas polisi yang berhasil digagalkan.

Di Perancis, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve hari Senin (16/11) mengatakan polisi melakukan hampir 170 razzia kemarin malam. Selain mereka yang ditangkap, lebih dari 100 orang dikenai tahanan rumah.

Dalam beberapa razzia itu, pihak berwenang menyita sejumlah senjata, termasuk sebuah peluncur roket, sebuah senapan Kalashnikov dan rompi anti peluru.

Polisi juga melakukan razzia di permukiman Molenbeek di Brussels, Belgia, di mana pihak berwenang mencari Salah Abdeslam, yang diyakini telah membantu melancarkan serangan di Paris, bersama dua saudara kandung laki-lakinya.

Tidak ada penangkapan yang dilakukan dalam penyerbuan di Brussels yang menarget tersangka yang fotonya dirilis Minggu (15/11).

Ratusan orang memberikan penghormatan bagi para korban serangan di Paris, di depan Place de la Republique, Senin (16/11).

Ratusan orang memberikan penghormatan Senin siang di Place de la Republique di Paris dengan mengheningkan cipta bagi para korban serangan teroris hari Jumat itu. Mereka kemudian bertepuk tangan usai mengheningkan cipta.

Sebagian diantara mereka menyalakan lilin dan menulis pesan duka cita, kekuatan, patriotisme, dan ketahanan. Sebuah tanda dalam bahasa Inggris bertuliskan: “Bukan Atas Nama Allah!!!”

VOA berbicara dengan beberapa dari orang-orang yang berkumpul di lapangan itu.

Laura Dreyfus mengatakan, "Saya hanya ingin berkumpul dengan yang lainnya. Menurut saya penting untuk bersatu. Saya datang dengan teman untuk melihat orang-orang, melihat dunia, dan melihat mereka semua bersatu. Dan itu yang penting bagi saya.”

“Tentu saja kami sangat sedih dan syok dengan apa yang terjadi Jumat malam. Yang paling menyentuh saya adalah kejadian seperti ini terjadi juga pada banyak orang selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun di seluruh dunia,” timpal Thenela Covineassany.

Sementara, Salah Arfa berkomentar, “Mereka yang melakukan aksi terorissemacam ini adalah sampah dan bukan manusia.”

Perdana Menteri Perancis Manuel Valls mengatakan Perancis telah “berhasil mencegah beberapa serangan,” tetapi mungkin akan ada serangan lagi “dalam beberapa hari atau minggu mendatang.” PM mengatakan dia tidak bermaksud menakut-nakuti orang, tetapi mengatakan “untuk waktu yang sangat lama kita akan hidup dengan ancaman teroris dan kita harus bersiap-siap menghadapi serangan lebih lanjut.” [vm/ii]