Polusi partikel plastik dan bahan kimia telah terdeteksi di sebagian besar sampel salju dan air laut yang diambil oleh para peneliti di Antartika, ujar kelompok LSM Greenpeace.
Para ilmuwan Greenpeace mengumpulkan sampel air dan salju di benua paling selatan selama pelayaran dari bulan Januari hingga Maret tahun ini. Analisis di laboratorium mengungkapkan jejak manusia di sudut paling terpencil di dunia.
“Paling tidak satu keping partikel plastik per liternya. Saat anda mengekstrapolasi ke skala Samudra Antartika, hal ini menjadi benar-benar signifikan. Dan sebelumnya kami berpikir bahwa Samudra Antartika terlindungi oleh semacam arus yang mengitarinya, sebagai penghalang dari polusi plastik yang menjadi momok di banyak lokasi samudra di dunia ini. Namun sekarang bukti-bukti semakin menunjukkan kondisinya tidak seperti itu,” ujar Louisa Casson dari Greenpeace.
Bahan kimia
Selain kepingan plastik yang berukuran sangat kecil, penelitian juga mengungkapkan adanya bahan kimia yang dikenal sebagai unsur polyfluorinated alkylated, yang banyak digunakan dalam proses industri dan terkait dengan masalah reproduktif dan pertumbuhan satwa liar.
“Kondisi ini hanya memperkuat dasar pemikiran mengapa kita harus mengambil tindakan di darat untuk menghentikan aliran partikel plastik ini ke samudra, namun juga harus menciptakan kawasan perlindungan samudra di laut untuk memungkinkan satwa liar di laut memulihkan diri dari semua tekanan ini,” ujar Casson.
Berton-ton plastik
PBB memperkirakan 8 juta ton plastik dibuang ke samudra setiap tahunnya. Dampaknya digambarkan beberapa hari yang lalu di Thailand bagian selatan, di mana seekor paus pilot terdampar dan mati setelah menelan 80 keping sampah plastik yang berbobot 8 kilogram.
Gelombang perubahan mungkin berjalan lambat di tengah kekhawatiran global. PM India, Narendra Modi, baru-baru ini berikrar untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai menjelang tahun 2022. Di bawah bayang-bayang kota besar Mumbai, para bintang film Bollywood telah bergabung dalam gerakan untuk memungut sampah di pantai Versova, termasuk di antaranya aktris Abigail Pande.
“Saya menikmati aktivitas bersih-bersih pantai ini. Namun di lain pihak saya merasa sedih karena begitu saya ke sini, saya tahu jumlah limbahnya sangat besar sehingga bila anda menggali tanah sedalam 1,2 meter anda akan masih menemukan plastik di dalamnya. Dan butuh waktu bertahun-tahun untuk membersihkan pantai,” ujar Pande kepada para wartawan hari Minggu.
Plastik sekarang dapat ditemukan di hampir semua sudut samudra di dunia ini, dari kedalaman Palung Mariana di Samudra Pasifik hingga ke Antartika.
Bulan Oktober, para pemerintah di dunia akan memutuskan usulan Uni Eropa untuk menciptakan kawasan perlindungan di Samudra Antartika. Dengan total kawasan 1,8 juta kilometer persegi, kawasan ini akan menjadi kawasan perlindungan terbesar di Bumi. [ww/dw]