Pompeo: AS Tinggalkan Visi Timur Tengah Obama

  • Cindy Saine

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo disambut oleh Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa setibanya di Bandara Internasional Manama di Manama, Bahrain, 11 Januari 2019.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengecam keras kebijakan-kebijakan mantan presiden Barack Obama di Timur Tengah, saat menjabarkan visi pemerintahan Trump bagi kawasan itu.Pompeo menyerukan agar sekutu-sekutu AS berkontribusi lebih besar dalam mengonter pengaruh Iran dan perang melawan ISIS.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memilih American University di Kairo sebagai lokasi di mana ia mempersoalkan kebijakan-kebijakan AS di Timur Tengah yang disampaikan oleh Barack Obama dalam pidatonya 10 tahun lalu.

Pompeo berjanji AS akan mengambil peran yang lebih aktif di kawasan itu, dan mengatakan bahwa jika Amerika mundur, kekacauan akan terjadi.

"Berita baiknya begini: Era Amerika yang mempermalukan diri sediri telah berakhir, dan begitupun kebijakan-kebijakan yang menciptakan penderitaan yang tidak perlu. Kini benar-benar muncul awal baru,” jelas Pompeo.

Di sebuah universitas lain di Kairo, pada Juni 2009, Barack Obama, yang saat itu masih menjabat presiden, menyampaikan pesan yang sama sekali berbeda.

Obama menjabarkan akibat buruk yang ditimbulkan oleh invasi AS di Irak, mengakui AS telah membuat kekeliruan dalam perang melawan terorisme, dan mengulurkan perdamaian ke dunia Arab.

"Saya datang ke Kairo untuk mengusapayakan awal baru antara Amerika Serikat dan Muslim di berbagai penjuru dunia,” sebut Obama.

Pompeo mengatakan, di bawah kepemimpinan Presiden Trump, Amerika mengukuhkan kembali peran tradisionalnya sebagai “kekuatan baik” di kawasan itu dan Amerika akan mengontrol Iran.

"Bagi mereka yang mengkhawatirkan penggunaan kekuatan Amerika, ingat ini: Amerika selalu, dan akan selalu, menjadi kekuatan yang memerdekakan, bukan kekuatan yang menguasai. Kami tidak pernah bermimpi untuk mendominasi Timur Tengah. Bisakah Anda mengatakan hal seperti itu mengenai Iran?," lanjut Pompeo.

Banyak pakar sependapat bahwa Trump mengambil sikap yang lebih keras terhadap Iran, namun baik ia maupun Obama sama-sama menghindari konflik militer dengan Iran.

Aaron David Miller dari lembaga kajian kebijakan (think tank) Wilson Center mengatakan, "Seperti pemerintahan Obama, pemerintahan sekarang menghindari usaha-usaha mengonfrontasi Iran di kawasan itu dengan menggunakan kekuatan militer. Saya sebenarnya terheran-heran karena dalam waktu hampir dua tahun tidak ada bentrokan antara militer AS dan rezim Iran.”

Sejumlah pakar lain mengungkapkan, pemerintahan Trump mengambil pendekatan yang jauh lebih pro-Israel di kawasan itu ketimbang pemerintahan Obama.

Seth Jones dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) mengungkapkan, "Deklarasi dukungan Amerika untuk memindahkan ibukota Israel, termasuk pemindahan lokasi Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, adalah salah satu contoh jelasnya.”

Sementara Pompeo melanjutkan lawatan satu pekannya di Timur Tengah, organisasi-organisasi HAM menyerukan agar ia memasukkan pelanggaran-pelanggaran HAM di kawasan itu dalam agenda pembicaraan pertemuan-pertemuannya. [ab/lt]