Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra di Istana Merdeka Jakarta Kamis (17/11). Prabowo Subianto hadir di Istana Merdeka untuk memenuhi undangan makan siang bersama Presiden. Keduanya juga melakukan perbincangan di teras Istana Merdeka sambil minum secangkir teh hangat. Presiden Joko Widodo menyebut pertemuan ini merupakan tradisi yang hendak ditularkannya kepada masyarakat banyak.
"Saya kira saling mengunjungi, saling bersilaturahim adalah tradisi yang sangat baik di antara kita. Dan saya berharap budaya seperti ini juga sampai ke tengah, sampai ke bawah," harap Jokowi.
Presiden memastikan ada komitmen bersama dengan Prabowo Subianto untuk menjaga kemajemukan Indonesia.
"Saya dan pak Prabowo juga berkomitmen untuk bersama-sama menjaga Indonesia yang majemuk ini. Kita tidak menginginkan kita terpecah belah gara-gara perbedaan politik. Karena sangat mahal harganya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia," imbuh Jokowi.
Prabowo Subianto dalam penjelasannya kepada wartawan di hadapan Presiden memasttikan, pertemuan kali ini dengan Presiden Jokowi tidak bermaksud sebagai antisipasi menghadapi aksi demontrasi dari sebagian organisasi massa terkait isu kasus penistaan agama.
" Terus menerus saya berusaha untuk mengurangi ketegangan. Mau demo tanggal 25 atau 22. Ini kewajiban saya sebagai pimpinan partai politik. Saya tidak akan malu dan segan untuk menganjurkan kesejukan. Setiap saat saya akan menganjurkan selalu untuk kita tidak usah gaduh. Jangan gontok-gontokan. Jangan tegang," ujar Prabowo.
Prabowo Subianto, mantan pesaing Jokowi dalam pemilihan Presiden 2014 juga memastikan tidak akan menjegal kepemimpinan Presiden Jokowi.
Ia menegaskan, "Pemerintah juga butuh kritik tapi tidak destruktif ya. Tidak menjegal. Saya komitmen dari hari pertama sebelum beliau dilantik waktu 2014 Oktober. Saya sudah katakan, saya ucapkan selamat beliau dapat mandat (rakyat), saya tidak akan menjegal Bapak. Saya yakin Bapak 'Merah Putih'."
Prabowo menekankan keapada semua tokoh politik agar bisa memberi contoh baik kepada rakyat dengan bertututur kata yang baik.
"Setiap tokoh harus benar-benar menjaga kesejukan ketenangan tutur kata. Supaya rakyat kita ini tidak emosional. Bangsa kita ini kan bangsa yang cukup emosional. Terbawa perasaan. Terbawa sakit hati. Kalau udah sakit hati lama sembuhnya. Ya kan ? Nah, itu masalahnya," imbuh Prabowo.
Terkait dengan situasi politik nasional yang diramaikan oleh isu penistaan agama yang berujung pada ditetapkannya Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai tersangka, Prabowo meminta agar semua kalangan tidak gaduh dan berpikir jernih.
"Kongkritnya kita mendorong kearah penyelesaian yang tidak gaduh. Tanpa ketegangan dan kita mencegah kekerasan. Demokrasi membutuhkan kekritisan. Pak Jokowi tidak pernah minta Gerindra tidak kritik. Saya dari dulu komitmen ama beliau adalah beliau di eksekutif dan kami di legislatif. Kalau ada kebijakan yang kurang berkenan ya kami akan kritisi. Pak Jokowi tidak takut dengan kritik," ujar Prabowo lagi.
Your browser doesn’t support HTML5
Pengamat politik senior Lembaga Penelitian Pendidikan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Rahadi Wiratama kepada VOA meyakini agenda aksi sebagian ormas yang masih belum puas terhadap penanganann kasus penistaan agama pada 25 November mendatang, menjadi topik utama pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto.
"Pertemuan itu dilakukan dalam rangka rencana aksi 25 November. Tapi yang pasti alasan untuk berdemo menjadi semakin kehilangan dasar, karena Basuki Tjahaja Purnama sudah ditetapkan sebagai tersangka. Yang jelas sebagai sebuah proses politik, pertemuan ini sedikit mengurangi ketegangan politik," kata Rahadi.
Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto merupakan pertemuan yang kedua kalinya dilakukan dalam kurun waktu sebulan terakhir. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo bersilaturahim dengan Prabowo di kediaman pribadinya di Hambalang. [aw/al]