Duta Besar Republik Untuk Kazakhstan dan Tajikistan Muhammad Fadjroel Rahman pada Sabtu (8/1) memastikan bahwa 141 warga negara Indonesia yang ada di Kazakhstan dan tiga lainnya di Tajikistan berada dalam kondisi “sehat dan aman.”
“Kami menjamin dan memberitahukan pada keluarga di Indonesia bahwa keadaan mereka sehat, aman; dan KBRI setia melayani mereka dalam masa state of emergency ini,” ujar Fadjroel dalam pesan video yang diterima VOA ketika mengontaknya terkait meluasnya kerusuhan yang berawal dari demonstrasi memprotes kenaikan harga BBM.
Meskipun demikian, KBRI, tegas Fadjroel, meminta agar seluruh WNI “selalu waspada dan hati-hati, menjauhi kerumunan massa, tidak keluar rumah jika tidak perlu benar atau ada keperluan penting, mematuhi aturan yang dikeluarkan pemerintah setempat, menjaga ketertiban dan tidak ikut dalam aksi massa.”
Protes Kenaikan Harga BBM Bergulir Jadi Aksi Kekerasan
Pernyataan ini dikeluarkan KBRI di Kazakhstan setelah kerusuhan meluas di negara itu sepekan terakhir ini. Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pada Jumat (7/1) bahkan mengeluarkan perintah tembak di tempat guna mengatasi aksi kekerasan yang dilakukan sebagian demonstran.
Dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional itu, Tokayev mengatakan “teroris telah secara terus menerus merusak properti negara dan pribadi, dan menggunakan senjata terhadap warga sipil. Saya telah memberikan perintah kepada para penegak hukum untuk menembak mati tanpa peringatan.”
Tokayev menolak seruan internasional agar pemerintahnya berunding dengan para pengunjukrasa. Ia mengklaim, tanpa bukti, bahwa mereka dilatih dan diorganisir oleh entitas asing yang tidak disebutkan namanya.
Tokayev menyebut para pengunjuk rasa sebagai bandit dan teroris yang harus dimusnahkan, dan berjanji akan segera melakukan hal itu.
Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin karena telah mengirim pasukan – atas perintah Tokayev – untuk membantu menindak para pengunjukrasa.
BACA JUGA: Puluhan Orang Tewas Dalam Kerusuhan di KazakhstanSementara itu pihak berwenang Kazakhstan telah menangkap Karim Massimov, mantan kepala komite keamanan nasional yang dipecat awal pekan ini, setelah meluasnya aksi demonstrasi memprotes kenaikan harga BBM, yang kemudian bergulir menjadi aksi kekerasan. Ia ditahan karena diduga melakukan pengkhianatan tingkat tinggi.
AS Sangat Prihatin
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan Amerika “sangat prihatin” dengan keadaan darurat di Kazakhstan. “Kami mengamati dengan seksama situasi itu dengan keprihatinan nyata, dan kami mendorong semua pihak untuk menemukan resolusi damai,” ujarnya.
Departemen Luar Negeri Amerika pada Jumat (7/1) menyetujui “keberangkatan sukarela” pegawai pemerintah Amerika yang tidak esensial dan keluarga mereka dari kantor konsulat Amerika di Almaty, kota terbesar di Kazakhstan.
Penasehat Departemen Luar Negeri juga memperingatkan bahwa situasi di Kazakhstan dapat mempengaruhi kapabilitas Kedutaan Besar Amerika di Kazakhstan untuk memberikan bantuan kepada warga Amerika yang ingin meninggalkan negara di Asia Tengah itu.
BACA JUGA: Presiden Kazakhtan: Ketertiban Konstitusional DipulihkanLaporan dari Almaty mengatakan meskipun letusan senjata secara sporadis masih terdengar pada Jumat (7/1) pagi, kerusuhan mulai berkurang.
Demonstrasi memprotes kenaikan harga BBM yang berawal pekan lalu, dengan cepat meluas menjadi aksi kerusuhan yang oleh sebagian pengamat politik dinilai mencerminkan ketidakpuasan di negara itu sejak meraih kemerdekaan dari Uni Soviet tahun 1991.
Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan pada Jumat (7/1) melaporkan sedikitnya 26 orang demonstran dan 18 aparat tewas dalam kerusuhan. Lebih dari 3.800 orang telah ditahan. Jumlah ini belum dapat diverifikasi secara independen. [em/ah]