Presiden Korea Selatan memperbarui retorika keras mengenai Korea Utara-kata kata yang kemungkinan tidak akan diterima dengan baik di Korea Utara, termasuk oleh beberapa kalangan di Korea Selatan sendiri yang menginginkan pendekatan yang lebih lunak terhadap negara komunis itu.
Dalam sebuah wawancara dengan National Public Radio Amerika, Presiden Lee membela UU Keamanan Nasional Korea Selatan yang semakin sering digunakan untuk menangkap orang-orang yang menyimpan maupun menyebarkan propaganda Korea Utara. Pengkritik mengatakan UU itu menghambat kebebasan berbicara, tetapi presiden Lee mengatakan UU itu penting.
Ia mengatakan, “Kita harus selalu mengingat keadaan yang sangat khusus dan unik di Korea Selatan saat ini. Dalam 60 tahun belakangan ini kami telah menghadapi salah satu negara di dunia dengan persenjataan paling lengkap dan paling agresif. Jika kita mempertimbangkan fakta itu, dan jika kita hidup di negara semacam itu setiap hari, maka kita akan mengerti pentingnya UU semacam itu yang akan memungkinkan kami mempertahankan cara hidup kami.”
Penjelasan Presiden Lee mengenai Korea Utara sebagai salah satu negara dengan persenjataan terbaik dan paling agresif” membuat khawatir Bruce Bennet, seorang analis pertahanan senior pada Rand Corporation, badan riset yang memberi layanan konsultasi kepada pemerintah Amerika.
Bennet mengatakan Korea Selatan mestinya bisa menanggapi “propaganda buruk” Korea Utara tanpa terlibat saling tuduh.
Ia mengatakan, “Presiden Korea Selatan tampaknya membuat kesalahan. Saya kasihan karena ia harus melakukan hal itu. Tentunya ada yang benar yang dikatakannya dan agak sulit mengatakan ia melakukan hal buruk dalam hal itu.”
Kedua Korea terlibat perang saudara selama tiga tahun yang berakhir dengan gencatan senjata pada awal tahun 1950-an. Belum ada perjanjian damai yang ditandatangani sampai sekarang.
Hubungan antar Korea memburuk tahun lalu karena adanya dua serangan yang menewaskan 50 warga Korea Selatan yang dituduhkan pada Korea Utara. Kebanyakan dari yang tewas adalah pelaut.
Setelah penembakan pulau Yeonpyeong dekat perairan yang dipersengketakan bulan November tahun lalu, Korea Utara dan Selatan saling mempertajam retorika mereka satu sama lain.
Korea Utara berulang kali menyebut Presiden Korea Selatan sebagai seorang “pengkhianat” yang menjadi “boneka” Amerika dan menyebut Presiden Lee sebagai “orang terburuk dalam sejarah manusia.”
Tetapi, Presiden Lee yang tidak bisa lagi mencalonkan diri tahun depan ketika masa jabatan lima tahunnya berakhir, telah menahan diri dari melancarkan serangan kata-kata terhadap pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il. Tetapi setelah dikritik karena lambat dan tidak tegas dalam menanggapi serangan artileri ke sebuah pulau di Laut Kuning, Presiden Lee memperingatkan provokasi lebih lanjut Korea Utara akan dihadapi dengan tindakan “keras” Korea Selatan.”