Pemerintah Perancis menyatakan Presiden Emmanuel Macron positif terjangkit virus corona. “Presiden dinyatakan positif terjangkit COVID-19 hari ini,” sebut pernyataan dari kantor presiden hari Kamis. Disebutkan bahwa Macron menjalani tes setelah menunjukkan “gejala-gejala awal terjangkit.”
Pemerintah menyatakan Macron akan melakukan isolasi mandiri selama tujuh hari, sesuai dengan peraturan nasional, dan akan terus bekerja serta melakukan aktivitasnya dari jarak jauh.
BACA JUGA: Trump Masuk Daftar Panjang Pemimpin Dunia yang Terinfeksi VirusPresiden Perancis itu menambah panjang daftar kepala negara dan pemerintahan di seluruh dunia yang terjangkit COVID-19, yang mencakup juga PM Inggris Boris Johnson dan Presiden AS Donald Trump.
Sejumlah pemimpin Uni Eropa lainnya kini berupaya melakukan tes atau mencari tahu apakah mereka perlu mengisolasi diri. Macron melakukan kontak dengan sejumlah pemimpin Eropa dalam beberapa hari terakhir. Pada hari Rabu (16/12), pemimpin Perancis, usia 42 tahun, itu bertemu Perdana Menteri Portugal, António Costa di Paris.
BACA JUGA: Presiden Komisi Uni Eropa: Vaksinasi COVID-19 akan Dilakukan SerentakMinggu ini Macron makan siang bersama Charles Michel, pemimpin Dewan Eropa, dan Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez yang juga makan siang bersama Macron, mengemukakan dirinya menangguhkan semua aktivitas publik sebagai tindak pencegahan. Ia akan menjalani tes dan berencana mengisolasi diri hingga 24 Desember.
Perdana Menteri Perancis Jean Castex, Kamis (17/12) mengatakan, ia akan melakukan isolasi mandiri. Sebagian besar pemimpin partai politik di parlemen juga telah melakukan kontak dengan Macron. Mereka berencana menghentikan semua aktivitas publik dan membatalkan semua rapat.
Di Inggris, sementara itu, jutaan warga berada di bawah aturan pembatasan virus corona terberat menjelang Natal karena jumlah infeksi terus melonjak di wilayah tenggara dan selatan Inggris. "Ini saatnya kita bertindak dengan hati-hati," kata Matt Hancock, Menteri Kesehatan Inggris. Ia menyampaikan, infeksi di bagian tenggara naik 46 persen dan angka rawat inap rumah sakit naik sepertiga.
Menteri dalam negeri negara kerajaan itu, Priti Patel menjelaskan masyarakat sebaiknya membatalkan rencana perjalanan terkait Natal tahun ini, jika mengharuskan mereka bepergian antar sejumlah daerah dengan angka infeksi COVID-19 yang tinggi maupun rendah.
BACA JUGA: PM Inggris Longgarkan Pembatasan Sosial Saat NatalPermohonan itu menepiskan pedoman resmi yang ditetapkan Perdana Menteri Boris Johnson pada pertengahan minggu agar warga Inggris menikmati perayaan libur akhir tahun dalam lingkup terbatas. Johnson menambahkan, “Natal yang lebih kecil akan menjadi Natal yang lebih aman.”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (17/12) menyatakan China akan menyambut baik tim internasional yang terdiri dari para pakar pada awal Januari mendatang, sebagai bagian dari penyelidikan mengenai asal usul virus corona yang telah menyebabkan pandemi global. Sejauh ini, virus tersebut telah menewaskan lebih dari 1,6 juta orang dari 74,2 juta orang yang terjangkit.
Dr Babatunde Olowokure, direktur darurat regional WHO untuk wilayah Pasifik Barat mengatakan, “WHO terus menghubungi China dan membahas hal ini, tim internasional dan tempat-tempat yang mereka kunjungi.”
BACA JUGA: WHO: Vaksinasi di Asia-Pasifik Dilakukan Selambatnya Akhir 2021Tim beranggotakan 10 orang itu akan mempelajari data medis dan menguji sampel untuk menentukan bagaimana virus penyebab COVID-19 itu berpindah dari hewan ke manusia, dan di mana asal mulanya. Sebagian besar peneliti meyakini virus yang pertama kali dideteksi pada akhir 2019 di Wuhan, China Tengah itu berasal dari kelelawar. Presiden Trump menuduh pemerintah China menutup-nutupi informasi mengenai pandemi ini.
Sementara itu, proses persetujuan resmi bagi vaksin COVID-19 kedua di AS dimulai pada hari Kamis (17/12).
BACA JUGA: Kian Dekat, Persetujuan Penggunaan Darurat Vaksin COVID-19 Kedua di ASKomite penasihat vaksin di Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) akan meninjau data mengenai vaksin yang dikembangkan bersama oleh perusahaan farmasi berbasis di Massachusetts, Moderna, dan Institut Kesehatan Nasional (NIH). Para regulator FDA awal pekan ini mengukuhkan klaim Moderna mengenai keamanan dan efektivitas vaksinnya.
Jika panel tersebut menyetujui vaksin Moderna, FDA dapat memberi izin bagi penggunaan darurat vaksin itu sedini Jumat, yang berarti hampir enam juta dosis vaksin itu dapat didistribusikan ke berbagai penjuru AS mulai pekan depan. Vaksin Moderna-NIH itu akan merupakan tambahan bagi 2,9 juta dosis vaksin buatan Pfizer-BioNTech yang didistribusikan pekan ini, yang mengawali upaya imunisasi di AS. Vaksin itu mulai diberikan kepada para petugas layanan kesehatan dan penghuni panti jompo.
BACA JUGA: AS Mulai Lakukan Vaksinasi Massal Covid-19Gedung Putih, Rabu (16/12) mengumumkan bahwa Wakil Presiden Mike Pence akan menjalani vaksinasi pada hari Jumat (18/12). Presiden terpilih Joe Biden akan divaksinasi sekitar pekan depan, sebut tim transisinya. Biden, yang berusia 78 tahun, berisiko tinggi tertular virus itu mengingat usianya.
FDA, Rabu (16/12) menyatakan bahwa apoteker dapat mengambil dosis ekstra dari vaksin Pfizer jika ada larutan yang tersisa dalam ampul vaksin. Ampul itu seharusnya memuat vaksin yang cukup untuk lima dosis, tetapi para apoteker mendapati cukup banyak larutan untuk dosis keenam atau bahkan ketujuh. Seorang juru bicara mengatakan dalam suatu pernyataan, FDA bekerja sama dengan Pfizer untuk menentukan “jalan terbaik ke depannya.”
Sedikitnya seorang petugas layanan kesehatan di Alaska mengalami reaksi alergi hanya beberapa menit setelah diimunisasi vaksin Pfizer pada hari Selasa. Ini adalah kasus pertama mengenai reaksi semacam itu di AS.
The New York Times melaporkan seorang petugas layanan kesehatan kedua di rumah sakit yang sama di Alaska, juga mengalami reaksi alergi dalam beberapa menit setelah diimunisasi. Dua petugas layanan kesehatan di Inggris juga mengalami hal serupa setelah menerima vaksin Pfizer-BioNTech.
BACA JUGA: AS Catat Tonggak Suram Baru dalam Pandemi COVID-19Vaksin biasanya menghasilkan berbagai efek samping, seperti demam, kelelahan, sakit kepala atau nyeri di bagian yang disuntik, tetapi para pejabat menyatakan efek tersebut merupakan hal biasa dan hilang dalam satu atau dua hari.
Laporan mengenai vaksin Moderna-NIH yang diajukan ke FDA mengungkapkan bahwa empat sukarelawan dalam uji klinis tahap akhirnya mengalami Bell’s palsy, suatu kondisi yang antara lain menyebabkan kelumpuhan sementara atau kelemahan pada otot-otot wajah. Tiga partisipan menerima vaksin dua dosis itu sedangkan seorang lagi mendapat plasebo. [uh/ab, mg/ka]