Presiden Peringatkan Panglima TNI

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberi keterangan kepada pers di Istana Kepresidenan Jakarta (10/1). (VOA/Andylala Waluyo)

Ada kekhawatiran sang panglima "lepas kontrol" setelah ia secara sepihak menangguhkan kerjasama pertahanan dengan Australia.

Presiden Joko Widodo memperingatkan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo dalam rapat minggu lalu di tengah kekhawatiran sang komandan "lepas kontrol" setelah ia secara sepihak menangguhkan kerjasama pertahanan dengan Australia, menurut dua sumber yang mengetahui isi rapat tersebut, seperti diberitakan Reuters.

Intervensi Presiden menyoroti kekhawatiran terhadap Gatot, yang mendorong pandangan bahwa Indonesia dikepung "proxy wars", di mana negara-negara asing berupaya melemahkan suatu negara dengan memanipulasi aktor-aktor non-negara.

Para analis dan beberapa pembantu Presiden juga khawatir Gatot sedang merencanakan perluasan peran militer dalam urusan-urusan sipil di negara ini dan mungkin punya ambisi-ambisi politik pribadi.

Presiden Jokowi, presiden pertama dari luar lingkaran militer dan politik, perlu bergerak cepat untuk memperlihatkan wewenangnya sebagai panglima tertinggi negara, kata seorang pejabat pemerintah senior.

"Dengan Gatot, perasaannya itu seperti ia sedikit lepas kontrol," ujarnya.

Gatot mengumumkan retaknya hubungan militer setelah seorang perwira militer menemukan "materi pengajaran" yang menghina Indonesia, saat sedang mengikuti kursus bahasa di Australia akhir tahun lalu.

Materi tersebut mengindikasikan bahwa provinsi Papua harus merdeka dan mencemooh Pancasila, menurut Gatot.

Terkejut

Salah satu pejabat itu mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden dan para pejabat pemerintahan lainnya terkejut ketika media melaporkan pengumuman Gatot mengenai penangguhan hubungan militer dengan Australia.

Meski jenderal itu tidak secara formal ditegur, kata pejabat tersebut, Presiden memberinya peringatan dalam rapat di Istana Presiden di Bogor.

Pertemuan itu dikukuhkan oleh pejabat senior lainnya, yang juga berbicara dengan syarat anonim.

Gatot menolak permintaan wawancara dan seorang juru bicara militer juga menolak berkomentar mengenai pertemuan tersebut.

Pejabat senior tersebut mengatakan, "Kami menduga Gatot mengeksploitasi insiden ini untuk agenda politiknya sendiri, ambisi politik pribadinya."

"Ia telah banyak tampil dan berpidato di publik akhir-akhir ini," ujarnya. "Terus terang saja, kami berpikir banyak ucapan tentang proxy wars dan ancaman terhadap Indonesia itu omong kosong saja."

Dalam salah satu pidato, Gatot meramalkan bahwa kekurangan pangan di China akan memicu banjir pengungsi. Ia mengatakan ia akan menyembelih 10 sapi dan melemparkannya ke laut untuk menarik hiu yang akan memakan orang-orang China itu.

Salah satu pejabat yang memberikan informasi mengenai rapat dengan Presiden mengatakan posisi Gatot aman, menepis spekulasi bahwa jenderal itu akan dibebaskan dari tugasnya.

"Untuk saat ini, kami yakin ia tidak akan mengkhianati Presiden atau pemerintahan sipil," ujarnya.

Al Araf, direktur kelompok advokasi hak asasi manusia Imparsial, tujuan Gatot ada dua: untuk mendorong ambisi-ambisi politik pribadinya dan untuk mengumpulkan dukungan untuk memperluas peran militer.

Saat narasi proxy war mengidentifikasi kekuatan-kekuatan asing di belakang banyak tantangan yang dihadapi Indonesia, dari terorisme dan narkoba, bahkan homoseksualitas, solusi implisitnya adalah bahwa hanya militer yang dapat menanggulanginya, ujar Araf.

"Ini adalah masalah-masalah karena proxy war jadi militer harus terlibat dalam semua masalah ini," tambahnya. [hd]