Presiden Rouhani: Iran Masuki Bab Sejarah Baru

Presiden Iran Hassan Rouhani, tengah, saat disambut oleh para anggota DPR di parlemen untuk menyampaikan draft anggaran negara Iran tahun depan dan rencana pembangunan di Teheran, 17 Januari 2016.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Republik Islam itu telah memasuki bab baru dalam sejarahnya, dalam pidatonya hari Minggu (17/1) menghargai pengakhiran sanksi internasional yang dikenakan atas kegiatan nuklir Iran.

Amerika Serikat dan negara kuat dunia yang lain mencabut sanksi minyak dan ekonomi hari Sabtu setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan bahwa Teheran telah mematuhi persyaratan persetujuan yang dicapai di Wina bulan Juli lalu setelah hampir dua tahun perundingan gencar. Persyaratan tersebut mencakup pengangkutan hampir semua bahan bakar nuklir dari negara itu, pembongkaran dan pemindahan peralatan nuklirnya, dan memberi kepada inspektur internasional akses yang lebih besar ke sarana nuklirnya.

Di samping pengakhiran sanksi, Iran akan memperoleh akses ke milyaran dolar asset di bank-bank asing yang telah dibekukan selama bertahun-tahun.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan “negara-negara sahabat dan sekutu kami di Timur Tengah dan seluruh dunia lebih aman karena ancaman senjata nuklir telah dikurangi.”

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyebut pengumuman hari Sabtu itu “tonggak sejarah yang penting.”

Berita “Hari Pelaksanaan” itu ditanggapi dengan skeptisisme oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, penentang paling kuat persetujuan itu dalam masyarakat internasional. Ia memperingatkan bahwa “Iran belum membatalkan ambisinya untuk memperoleh senjata nuklir, dan terus bertindak untuk menggoyahkan Timur Tengah dan menyebar teror di seluruh dunia.”

Pengakhiran sanksi itu juga dikecam di Amerika Serikat oleh banyak penentang Presiden Obama dari partai Republik, terutama para kontestan calon presiden dari partai itu tahun 2016.

“Tampaknya ini adalah indikasi ke mana arah kita. Bahwa persetujuan dengan Iran itu adalah persetujuan yang paling bodoh yang saya kira pernah saya lihat,” kata calon presiden dari partai Republik Donald Trump dalam acara kampanye baru-baru ini.

Rouhani membantah kecaman itu dalam pidatonya di parlemen Iran. Ia mengatakan setiap orang bergembira “kecuali Zionist, penghasut perang yang membakar perselisihan di dunia Islam, dan golongan berhaluan keras di Amerika Serikat.”

Persetujuan itu adalah kemenangan bagi Rouhani, yang dianggap seeorang ulama moderat yang terpilih tahun 2013 dengan janji akan mereformasi ekonomi negara itu. Tetapi harapan Teheran akan segera mendapat rezeki besar dengan kembalinya negara itu ke pasar minyak global kemungkinan akan kecewa karena banjirnya minyak di pasar dunia, yang harganya telah jatuh ke $ 30 per barel pekan ini untuk pertama kalinya dalam 10 tahun. [gp]