Kedua pemimpin bertemu di Singapura untuk pembicaraan pertama antara pemimpin China dan Taiwan sejak wilayah pulau itu memisahkan diri dengan China daratan pada tahun 1949. Pertemuan itu baru diumumkan Rabu, tapi Ma memberitahu para wartawan bahwa rencana itu telah digarap selama berbulan-bulan.
Dia mengatakan hari Kamis (5/11) bahwa ia berharap pertemuan itu menjadi preseden untuk pembicaraan masa depan antara Beijing dan Taipei, dalam apa yang disebutnya normalisasi hubungan.
Ma juga mengatakan akan mengangkat masalah kesulitan Taiwan berpartisipasi dalam acara internasional karena China menghambat negara-negara lain membangun hubungan diplomatik dengan Taiwan. Beijing tidak mengizinkan wilayah itu untuk berpartisipasi dalam beberapa acara internasional seperti Olimpiade dengan nama "Chinese Taipei."
Kata Ma, dia berharap mendorong Taiwan agar memiliki wilayah udara internasional yang lebih luas.
Dia tidak berencana menyinggung klaim teritorial China di Laut China Selatan, yang berbenturan dengan klaim dari Taiwan dan empat negara lainnya.
Presiden Taiwan itu juga mengatakan pertemuan mendatang tidak dimaksudkan untuk memajukan kepentingan partai politiknya menjelang pemilu Januari. Partai Nasionalis pimpinan Ma diperkirakan akan kehilangan kursi melawan Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan.
Walaupun keberhasilan pembicaraan itu bisa membantu peluang partainya, kaum Nasionalis bisa juga dilihat sebagai kaki tangan pemerintah China daratan. [as]