Seorang diplomat veteran Rusia di kantor PBB di Jenewa, Senin (23/5) mengundurkan diri karena ia "sangat malu" dengan invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina tiga bulan lalu.
Dalam protes langka, tetapi bukannya tidak pernah terjadi sebelumnya di dalam korps diplomatik Rusia, Boris Bondarev, 41 tahun, menyerahkan pengunduran dirinya dalam surat yang ditujukan kepada Duta Besar Gennady Gatilov, kemudian merilis kecaman pedas mengenai upaya perang Rusia.
“Perang agresif yang dilancarkan oleh Putin melawan Ukraina, dan pada kenyataannya melawan seluruh dunia Barat, bukan hanya kejahatan terhadap rakyat Ukraina,” kata Bondarev, “tetapi juga mungkin kejahatan paling serius terhadap rakyat Rusia, menghapus harapan dan prospek masyarakat bebas yang makmur di negara kita.”
Bondarev, yang fokus diplomasinya adalah pada masalah perlucutan senjata Rusia di Jenewa, berpendapat “bahwa mereka yang merencanakan perang ini hanya menginginkan satu hal — untuk tetap berkuasa selamanya, hidup di dalam istana mencitrakan kesombongan namun tidak berselera, berlayar di kapal pesiar raksasa dengan biaya operasi sebanding dengan AL Rusia, menikmati kekuasaan tak terbatas dan kekebalan penuh.”
BACA JUGA: Rusia Klaim Menang di Mariupol Picu Keprihatinan Nasib Tahanan Perang“Untuk mencapai itu," kata Bondarev, “mereka rela mengorbankan nyawa sebanyak mungkin. Ribuan orang Rusia dan Ukraina telah mati hanya untuk ini.”
Ia mengatakan bahwa selama 20 tahun sebagai diplomat Rusia, termasuk bertugas di Kamboja dan Mongolia, “tingkat kebohongan dan ketidakprofesionalan di Kementerian Luar Negeri meningkat seiring waktu.”
Bondarev menyerang Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sebagai "ilustrasi yang baik tentang degradasi sistem ini," seseorang yang telah jatuh dari "intelektual yang profesional dan berpendidikan" yang "dijunjung tinggi" oleh rekan-rekan diplomatiknya menjadi "seseorang yang terus-menerus menyiarkan pernyataan bertentangan dan mengancam dunia (yakni, Rusia juga) dengan senjata nuklir!”. [my/jm]