Memikirkan berbuka puasa dengan sambusa, Issa al-Shabi, warga Sanaa tak bisa menutupi kegembiraannya. Matanya berbinar dan air liur nyaris menetes dari mulutnya.
“Sambusa ini adalah makanan yang enak, dan rasanya lezat, terutama bila disantap pada bulan yang penuh berkah ini. Orang-orang Yaman berlomba untuk mendapatkannya, terutama saat buka puasa. Seperti yang Anda lihat, toko-toko yang menjual sambusa sangat ramai dengan pengunjung," kata Issa al-Shabi.
Sambusa, penganan tepung goreng berbentuk segitiga yang berisi sayuran atau daging. Makanan ini ditemukan di berbagai penjuru Timur Tengah dan mirip samosa yang populer di Asia Selatan.
Di Yaman, sambusa sudah lama menjadi bagian dari tradisi, dan peluang terbuka lebar bagi mereka yang tahu bagaimana cara membuat yang terbaik.
Muath Abdelazim, pemilik toko sambusa dan hidangan pencuci mulut lainnya, mengaku, bisnisnya melonjak saat Ramadan.
“Ini adalah tradisi dan warisan budaya orang-orang Yaman di setiap Ramadan. Tanpa sambusa, Ramadan dan kegiatan berbuka puasa terasa kurang bermakna,” paparnya.
Yaman telah mengalami perang selama enam tahun yang telah membuat jutaan orang kelaparan dan beberapa bagian dari negara itu menghadapi kondisi seperti kelaparan. Negara itu memang memiliki persediaan makanan, tetapi krisis ekonomi yang parah telah membuat harga meroket di luar jangkauan banyak orang.
Bagi banyak warga Yaman yang mampu berbelanja, menikmati sambusa adalah bagian dari pengalaman Ramadan. Penyanyi populer Yaman Fuad al-Kebsi, satu di antaranya. Ia sering mengajak keluarga dan teman-temannya menikmati sambusa di sebuah restoran terkenal di Sanaa.
Your browser doesn’t support HTML5
"Sambusa dan hidangan pencuci mulut lainnya di Yaman, terutama di Sanaa, telah menjadi bagian penting Ramadan. Anda dapat menganggapnya sebagai salah satu makanan utama. Orang-orang mendambakannya setelah puasa, setelah kelelahan dan kehausan,” kata Kebsi.
Selain sambusa, ada penganan pencuci mulut lain yang populer di Yaman, yakni Shubiya, Baklava, dan al-Rawan. [ab/uh]