RI-AS Sosialisasikan Kesadaran Isu Perdagangan Manusia

  • Alina Mahamel

Elis Nurbaeti, Ketua Forwa Sukabumi, memaparkan kondisi perdagangan manusia di wilayah Sukabumi dan sekitarnya (foto: VOA/Alina).

Kaum Perempuan dan anak-anak dinilai menjadi kelompok yang paling rentan menjadi korban dari perdagangan manusia. Namun kebanyakan tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban.
Dalam sosialisasi mengenai isu perdagangan manusia yang diadakan bersama antara Indonesia dan AS, di Pusat Kebudayaan @amerika, Jakarta, Jumat Sore (30/5/2014), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar mengatakan bahwa perdagangan manusia merupakan bentuk perbudakan abad modern. Di Indonesia hal itu umumnya terjadi di daerah-daerah kantung tenaga kerja.

“Sindikat pelakunya itu seperti perdagangan senjata dan narkoba. Di Indonesia sendiri perdagangan manusia ini bukan hanya korbannya yang dibawa ke luar negeri tetapi secara intern terjadi pula di mana korban mengalami eksploitasi secara seksual dan eksploitasi pekerjaan,” papar Linda.

Tantangan terbesar yang dihadapi menurut Menteri Linda Gumelar, adalah rendahnya tingkat pendidikan dan juga kemiskinan yang membuat masyarakat mudah terpengaruh oleh derasnya informasi untuk memperoleh pekerjaan secara Instan (cepat)

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Agum Gumelar (foto: VOA/Alina).

​.​

Linda menambahkan, “Pola hidup yang ingin instan dan budaya masyarakat kita yang sangat mudah terpengaruh.”

Data kepolisian menyebutkan sepanjang tahun 2011 hingga 2013 telah terjadi 509 kasus perdagangan manusia dengan 755 korban. Korban paling banyak menimpa perempuan dan anak-anak.

Sementara, Duta Besar AS untuk Indonesia, Robert Blake mengatakan isu perdagangan manusia ini dialami oleh banyak negara tidak terkecuali Amerika Serikat yang menjadi negara sumber dan tujuan perdagangan manusia.

“Karena isu perdagangan manusia ini merupakan permasalahan lintas negara maka membutuhkan kerjasama internasional untuk mengatasinya. Amerika Serikat memandang penting bekerjasama dalam meningkatkan kesadaran membantu mereka yang rentan, yang belum tentu memahami risiko yang mungkin dihadapi,” kata Blake.

Menurut Duta Besar Blake, selama ini, AS telah menggunakan konsep 3P dalam penanganan isu ini, yakni melalui Prevention (pencegahan), Protection (perlindungan) dan Prosecution (penuntutan hukum).

Terkait kasus perdagangan manusia di Indonesia, contohnya adalah Sukabumi dan Cianjur yang menjadi daerah pemasok perdagangan manusia terbesar di wilayah Jawa Barat. Korbannya adalah pencari kerja yang kebanyakan tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban. Hal ini juga dikatakan oleh LSM Forwa (Forum Wanita), Sukabumi, Elis Nurbaeti.

Elis mengatakan, “Keluarganya maupun anaknya tidak merasa menjadi korban dan mereka mengatakan bahwa itu hanya nasib saja yang tidak baik .”

Menurut Elis, tingkat pendidikan masyarakat di daerah itu yang rata-rata baru pada tingkat Sekolah Dasar, sehingga sosialisasi mengenai isu ini masih sangat dibutuhkan.”

Ia menambahkan, “Tingkat pendidikan ini sangat berpengaruh pada mindset (pola pikir) mereka.”