Ribuan migran dari Afrika yang tinggal secara gelap di kota Riyadh, Arab Saudi, menyerah kepada polisi hari Minggu (10/11) sehari setelah terjadi bentrokan berdarah.
Ribuan migran dari Afrika yang tinggal secara gelap di kota Riyadh, Arab Saudi, menyerah kepada polisi hari Minggu, satu hari setelah dua orang tewas dalam bentrokan berdarah antara penduduk asal Ethiopia dan pasukan hansip lokal yang dibantu polisi.
Bentrokan itu mencederai 68 orang, dan menunjukkan betapa tindakan penumpasan terhadap jutaan pekerja asing di Arab Saudi bisa dengan cepat berubah menjadi kekacauan dan kerusuhan di negara kerajaan itu.
Razia dan deportasi yang dilakukan secara besar-besaran ditujukan untuk membuka lapangan kerja bagi warga Saudi sendiri, yang merupakan kurang dari separuh tenaga kerja di negeri itu.
Kantor berita resmi Saudi melaporkan, polisi menangkap 561 orang perusuh yang bertahan di jalan-jalan sempit di kawasan Manhoufa hari Sabtu malam. Kata polisi, para perusuh itu melempar batu dan mengancam penduduk dengan pisau serta merusak lebih dari 100 mobil dan banyak toko.
Bentrokan itu mencederai 68 orang, dan menunjukkan betapa tindakan penumpasan terhadap jutaan pekerja asing di Arab Saudi bisa dengan cepat berubah menjadi kekacauan dan kerusuhan di negara kerajaan itu.
Razia dan deportasi yang dilakukan secara besar-besaran ditujukan untuk membuka lapangan kerja bagi warga Saudi sendiri, yang merupakan kurang dari separuh tenaga kerja di negeri itu.
Kantor berita resmi Saudi melaporkan, polisi menangkap 561 orang perusuh yang bertahan di jalan-jalan sempit di kawasan Manhoufa hari Sabtu malam. Kata polisi, para perusuh itu melempar batu dan mengancam penduduk dengan pisau serta merusak lebih dari 100 mobil dan banyak toko.