Pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari serangan di Myanmar mengatakan mereka kecewa karena persetujuan PBB yang ditandatangani pekan ini tidak menanggapi satu dari tuntutan penting mereka, yakni, kewarganegaraan.
Sebagian besar pengungsi mengatakan mereka sangat ingin pulang, tetapi mereka takut pulang kalau mereka tidak diberi perlindungan dan kewarganegaraan.
Hari Rabu (6/9), Myanmar dan badan-badan PBB menandatangani persetujuan yang kelak dapat menghasilkan pemulangan kira-kira 700 ribu orang Rohingya yang melarikan diri dari penindasan di kampung halaman mereka dan sekarang berjubel dalam kamp-kamp darurat di Bangladesh.
Sekalipun pengungsi tersebut menyambut baik pembicaraan tadi, mereka juga telah mendengar selama bertahun-tahun janji-janji kosong dari pemerintah Myanmar. [gp/uh]