Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov di Moskow Kamis (13/8) mengatakan kepada para pemimpin Koalisi Nasional Suriah, bahwa Rusia bersedia “membantu seluruh rakyat Suriah bersatu dalam tugas pokok menyelamatkan negara mereka, menjamin stabilitas dan mencegah negara itu menjadi sumber terroris dan ancaman-ancaman lain.''
Presiden Vladimir Putin meluncurkan upaya mediasi baru bulan Juni, sewaktu ia bertemu dengan Wakil Putra Mahkota Saudi dan Menteri Pertahanan, Mohammed bin Salman di St. Petersburg. Lavrov mengatakan, usul Rusia itu menganjurkan supaya semua pasukan yang melawan ektrimis ISIS, termasuk pasukan oposisi Suriah, angkatan bersenjata Suriah, tentara Irak dan laskar-laskar Kurdi, menggabungkan kekuatan mereka.
Rusia adalah pendukung utama Presiden Suriah, Bashar al Assad, melindunginya dari sanksi-sanksi PBB dan terus menyediakan persenjataan selama dalam perang saudara yang telah berlangsung lebih dari empat tahun, menewaskan sedikitnya 250.000 dan mengakibatkan lebih dari empat juta orang mengungsi.
Awal pekan ini, Lavrov bertemu dengan mitra Saudinya untuk pembicaraan yang berfokus pada Suriah, yang menekankan perbedaan-perbedaan tajam mengenai nasib Assad. Walaupun Lavrov menyerukan untuk mengikutkan entara pemerintah Suriah dalam koalisinya melawan ISIS, Menteri LN Saudi, Adel Al-Jubeir menolak peran apapun bagi Assad.
Awal tahun ini, Rusia mengundang beberapa anggota oposisi Suriah untuk konsultasi, tetapi Koalisi Nasional baru kali ini mau mengunjungi Rusia.
Berbicara sebelum pertemuan hari Kamis dengan Lavrov, ketua Koalisi Khaled Khoja mengatakan kepada kantor berita Interfax, supaya Assad jangan diikut-sertakan dalam pemerintahan transisi manapun.