Untuk pertama kali dalam delapan tahun, warga Rusia akan memberi suara dalam pemilu daerah yang memungkinkan adanya persaingan politik.
Warga Rusia memilih hampir 5.000 calon, termasuk empat gubernur, di seluruh 83 provinsi negara itu.
Ini adalah pertama kali sejak 2004 Rusia memilih gubernur dan wali kota, setelah Vladimir Putin yang kala itu menjadi presiden menghapusnya. Penggantinya sebagai presiden, Dmitry Medvedev, sekarang perdana menteri, menghidupkan lagi pemilu itu Desember lalu setelah demonstrasi luas selama berlangsungnya pemilu parlemen.
Aktivis lingkungan dan sekaligus tokoh oposisi Yevgeniya Chirikova mencalonkan diri sebagai wali kota Khmiki, di pinggiran Moskow. Sebelum pemilu hari Sabtu, ia mengatakan kepada wartawan, ia berpendapat adalah penting berusaha mengubah pemerintahan dari bawah ke atas.
Ia mengatakan penting mebentuk kelompok-kelompok yang bisa mengurus wilayah sendiri, yang adalah kelompok-kelompok akar-rumput. Chirikova mengatakan, kelompok-kelompok ini, yang telah belajar bagaimana mengurus wilayah sendiri dan menggerakkan orang, harus memperjuangkan kekuasaan, memasuki struktur pemerintahan lokal dan mengubah situasi itu dari bawah.
Meski sikap optimistis Chirikova mengenai perubahan dari dalam, sebagian analis mengatakan pemilu itu tidak akan sungguh-sungguh mempengaruhi pemerintahan pusat.
Lyudmila Alexeyeva, yang bekerja untuk Kelompok Helsinki di Moskow, mengatakan,
Ia mengatakan tidak akan ada perubahan nyata, karena “semua ini tidak ada artinya, hanya permainan dalam negara otoriter.” Orang bahkan tidak boleh berpikir mengenai pemilu bebas, ujarnya.
Bahkan jika calon-calon dari kelompok oposisi terpilih, sebagian analis mengatakan Kremlin akan mempersulit mereka mendapatkan dana dengan memperketat anggaran belanja melalui birokrasi.
Sementara itu, banyak calon dari kelompok oposisi menyatakan posisi mereka pada pemilu lokal ditolak karena masalah kecil dalam prosedur.
Ini adalah pertama kali sejak 2004 Rusia memilih gubernur dan wali kota, setelah Vladimir Putin yang kala itu menjadi presiden menghapusnya. Penggantinya sebagai presiden, Dmitry Medvedev, sekarang perdana menteri, menghidupkan lagi pemilu itu Desember lalu setelah demonstrasi luas selama berlangsungnya pemilu parlemen.
Aktivis lingkungan dan sekaligus tokoh oposisi Yevgeniya Chirikova mencalonkan diri sebagai wali kota Khmiki, di pinggiran Moskow. Sebelum pemilu hari Sabtu, ia mengatakan kepada wartawan, ia berpendapat adalah penting berusaha mengubah pemerintahan dari bawah ke atas.
Ia mengatakan penting mebentuk kelompok-kelompok yang bisa mengurus wilayah sendiri, yang adalah kelompok-kelompok akar-rumput. Chirikova mengatakan, kelompok-kelompok ini, yang telah belajar bagaimana mengurus wilayah sendiri dan menggerakkan orang, harus memperjuangkan kekuasaan, memasuki struktur pemerintahan lokal dan mengubah situasi itu dari bawah.
Meski sikap optimistis Chirikova mengenai perubahan dari dalam, sebagian analis mengatakan pemilu itu tidak akan sungguh-sungguh mempengaruhi pemerintahan pusat.
Lyudmila Alexeyeva, yang bekerja untuk Kelompok Helsinki di Moskow, mengatakan,
Ia mengatakan tidak akan ada perubahan nyata, karena “semua ini tidak ada artinya, hanya permainan dalam negara otoriter.” Orang bahkan tidak boleh berpikir mengenai pemilu bebas, ujarnya.
Bahkan jika calon-calon dari kelompok oposisi terpilih, sebagian analis mengatakan Kremlin akan mempersulit mereka mendapatkan dana dengan memperketat anggaran belanja melalui birokrasi.
Sementara itu, banyak calon dari kelompok oposisi menyatakan posisi mereka pada pemilu lokal ditolak karena masalah kecil dalam prosedur.