Rusia mengatakan bersedia membantu menjadi mediator bagi mundurnya pemimpin Libya Moammar Gaddafi dari kekuasaan namun tidak menawarkan suaka.
Presiden Rusia Dmitry Medvedev berbicara pada KTT G-8 di Perancis menyerukan agar Gaddafi mundur dan mengatakan bahwa sejumlah negara mungkin bersedia menampungnya. Presiden Rusia itu mengumumkan telah mengirim seorang utusan ke kubu pertahanan pemberontak di Benghazi Jumat.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan bahwa pemimpin Libya itu telah kehilangan legitimasi dan perlu mencari cara untuk membantunya pergi meninggalkan negara itu. Rusia sebelumnya menawarkan diri menjadi penengah dalam usaha mencari penyelesaian antara pemberontak anti-pemerintah dan Gaddafi.
Sementara itu, pasukan yang setiap kepada Gaddafi telah memperbaharui usaha mereka untuk merebut kembali kontrol atas Misrata, kota terbesar ketiga di Libya yang kini dikuasai pemberontak.
Kantor berita Reuters mengatakan, pertempuran sengit antara pasukan pro-pemerintah dan pemberontak bergolak di pinggiran Barat kota itu. Secara terpisah, kantor berita Perancis mengutip Letnan Jenderla NATO Charles Bouchard yang mengatakan, pasukan pro-Gaddafi telah menempatkan sejumlah ranjau darat di berbagai lokasi di kota itu.
Serangkaian ledakan juga mengguncang ibukota Libya, Tripoli, Kamis malam. Sejumlah ledakan itu terjadi dekat kompleks kediaman Gaddafi. Namun, target-target tertentu dari serangan udara yang diduga dilakukan NATO belum diketahui segera.