Margin solar dunia merosot hingga separuh sejak Februari, mengurangi keuntungan perusahaan kilang karena ekspor BBM dari Rusia masih mengalir meski sudah dikenai sanksi. Akibatnya produksi dari China dan India mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Maret.
Sanksi Barat dan pembatasan harga pada minyak mentah Rusia dan produk minyak yang dilakukan pada Desember dan Februari diperkirakan akan memperketat pasokan minyak secara global.
Namun, Rusia terus mengirimkan minyak berbiaya rendah, membuat konsumen terbesarnya - India dan China – dapat meningkatkan produksi dan volume ekspor BBM mereka. Produk minyak Rusia, sementara itu, dikirim dalam jumlah besar ke pusat minyak untuk disimpan dan diekspor kembali ke seluruh dunia.
Selain itu, beberapa kompleks kilang baru di Timur Tengah dan Chinamulai beroperasi pada tahun ini, menghasilkan lebih banyak produk minyak untuk ekspor dan semakin menekan margin penyulingan.
Kilang Balikpapan milik Pertamina di Kalimantan Timur. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)
Reliance Industries India, operator kilang terbesar di dunia, mengatakan pada Jumat, margin solar turun karena pasokan solar Rusia tetap tinggi, sementara musim dingin yang tidak biasa di Eropa menyebabkan persediaan berlebih.
Permintaan solar untuk menggantikan gas alam dalam sektor pembangkit listrik juga turun setelah harga spot gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) turun dari harga tertinggi sepanjang masa, kata perusahaan itu.
Margin kilang tongkang solarEropa anjlok ke level terendah sejak Februari 2022 pada minggu lalu menjadi sekitar $13,70 per barel, menurut penilaian Reuters, ditekan oleh volume impor yang tinggi dan dimulainya kembali kilang Prancis setelah pemogokan tenaga kerja.
Demikian pula, margin solar Asia turun 31 persen pada April ke level terendah sejak Januari 2022 di sekitar $14 per barel pada minggu lalu karena persediaan yang tinggi.
BACA JUGA: Pengamat: China Pegang Kendali dalam Ekspor Gas Rusia
Keuntungan dari pemrosesan satu barel minyak mentah Brent di kilang Eropa anjlok sekitar 71 persen ke level terendah sejak Januari tahun lalu menjadi $3,56 per barel pada April, sementara margin kilang di Asia turun sekitar 57 persen menjadi $2,54 per barel.
Di AS permintaan penyulingan cukup lemah dan itu dikuatkan oleh banyak indikator ekonomi makro termasuk pelemahan produksi industri, kata Mathew Blair, analis penyulingan di perusahaan riset energi Tudor, Pickering, Holt & Co.
Namun, margin bensin AS menguat menjelang musim panas dan rendahnya stok, mendukung margin kilang keseluruhan terhadap minyak mentah West Texas Intermediate di sekitar $21 per barel, data Refinitiv menunjukkan.
Stok bensin naik secara tak terduga minggu lalu untuk pertama kalinya dalam delapan minggu, tetapi masih 9,9 juta barel di bawah rata-rata periode 2015-2019 dan 8,8 juta barel di bawah level tahun lalu, kata konsultan energi FGE.
BACA JUGA: Polandia Kirim Tank ke Ukraina, Rusia Setop Pasokan Minyak
Di Asia, kilang menaikkan produksi bensin dan memangkas solar untuk meningkatkan margin mereka. Output bensin yang lebih tinggi dan peningkatan ekspor dari China dapat mempersempit defisit kawasan untuk bahan bakar motor bulan ke bulan pada Mei, menurut FGE.
Demikian pula, patokan margin bensin Eropa berada di bawah tekanan dari penurunan tajam permintaan kargo dari pasar utama di Afrika Barat, bahkan saat ekspor pada rute transatlantik pulih dari bulan lalu.
Rusia meningkatkan pengiriman BBM ke negara-negara Afrika setelah Uni Eropa melarang produk Rusia pada 5 Februari. Juga, ekspor dari Belanda ke negara-negara berpenghasilan rendah termasuk di Afrika turun setelah peraturan baru Belanda tentang standar campuran bahan bakar mulai diterapkan pada 1 April. [ah/rs]