Uni Eropa, Selasa (14/3), menyusun rencana untuk membuat tarif listrik "tidak terlalu bergantung" pada biaya bahan bakar fosil. Dengan begitu, risiko kenaikan harga, seperti yang tampak setelah Rusia menginvasi Ukraina, akan dibatasi.
Uni Eropa selama ini telah mengupayakan reformasi pasar listrik sejak perang Rusia membuat harga melonjak untuk konsumen individu dan bisnis tahun lalu.
Harga grosir energi di Eropa ditetapkan berdasarkan biaya dari sumber yang paling mahal, biasanya pembangkit bertenaga gas, yang cukup fleksibel untuk menutupi lonjakan permintaan.
Harga gas meroket setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukannya. Akibatnya, biaya listrik di Uni Eropa ikut naik dan pemerintah bergegas memberi kompensasi kepada konsumen.
Beberapa negara termasuk Prancis dan Spanyol telah menyerukan perombakan total sistem dan memisahkan harga listrik dari harga gas. Tetapi langkah-langkah yang diajukan badan eksekutif Uni Eropa, yang detailnya kini harus dinegosiasikan antara parlemen Eropa dan negara-negara anggota – tidak memenuhi tuntutan itu.
Kini mereka hendak mengurangi dampak biaya bahan bakar fosil yang mudah berubah-ubah dengan mendapatkan kontrak jangka panjang untuk energi terbarukan.[ka/jm]
Forum