Saham-saham di Asia Terus Anjlok di Tengah Gonjang-Ganjing Perekonomian AS dan Eropa

  • Brian Padden

Indeks KOSPI Korea ikut turun tajam (8/8) di tengah kekhawatiran akibat penurunan peringkat kredit Amerika dan krisis utang yang berkelanjutan di Eropa.

Indeks-indeks saham Asia terus melorot, Senin, meskipun ada jaminan dari lembaga pemeringkat Standard and Poor’s bahwa turunnya peringkat kredit Amerika tidak akan berdampak langsung terhadap terhadap peringkat obligasi pemerintah di kawasan Asia Pasifik.

Indeks-indeks saham di Hongkong dan Jepang turun lebih dari dua persen, Senin, hari perdagangan pertama setelah Amerika kehilangan peringkat obligasi AAA dari lembaga Standard & Poor’s. Bursa Saham di Shanghai dan Seoul bahkan lebih buruk lagi. Ini pertama kalinya dalam sejarah Amerika kehilangan peringkat teratasnya. Standard & Poor’s mengutip kekhawatiran mengenai beban utang Amerika yang terus meningkat dan ketidakpastian mengenai kemauan Kongres untuk mengendalikan utang.

Hal lain yang membuat investor khawatir adalah Spanyol dan Italia yang terlilit utang bisa mengikuti Yunani, Irlandia dan Portugal mencari dana talangan dari Uni Eropa dan meningkatkan resiko terjadinya krisis bank terbaru di benua Eropa.

Investor di Asia mengatakan indikator ekonomi negatif yang didampingi kekhawatiran mengenai tingkat inflasi yang tinggi di Tiongkok akan membuat pasar keuangan Asia bergejolak dalam jangka waktu pendek.

Tetapi Peter Lai, Direktur Pemasaran perusahaan sekuritas DBS Vickers yang berkantor di Hongkong mengatakan meskipun ia memperkirakan ada guncangan pada pasar saham Asia terkait dengan berita ekonomi yang negatif itu, perekonomian Asia yang kuat akan terus tumbuh.

“Untuk jangka waktu panjang, saya akan mengatakan kebangkitan ekonomi akan berpindah dari Eropa dan Amerika ke negara-negara Asia karena tingkat kebangkitan negara-negara Asia akan jauh lebih baik dibanding negara-negara pengguna Euro atau negara-negara di benua Amerika," ujar Lai.

Anton Gunawan, Kepala Ekonom Bank Danamon Indonesia setuju akan hal itu. Ia mengatakan kemunduran ekonomi Amerika akan berdampak sedikit terhadap ekspor Indonesia, perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada Amerika seperti dulu.

“Semakin banyak kita lihat ekspor Indonesia ke wilayah regional, sebagai salah satu negara Asia, peningkatan ini agak dramatis. Belum lagi perluasan tujuan ekspor Indonesia ke wilayah lain seperti Eropa Timur misalnya," tutur Anton.

Investor juga telah menyerukan Bank Sentral Amerika untuk mulai mengalirkan lagi dana dalam perekonomian Amerika untuk membantu memulihkan ekonomi yang lambat.

Ben Kwong, Direktur perusahaan investasi perbankan, KGI Asia Ltd mengatakan pengumuman semacam itu dari Amerika akan berdampak menenangkan pasar Asia. Tindakan Tiongkok untuk mengendalikan inflasi juga akan membantu.

Kwong mengatakan meskipun situasi perekonomian Amerika telah membuat pasar bergejolak saat ini, investor memperkirakan pertumbuhan jangka panjang yang stabil di Asia.