Perusahaan farmasi, Sanofi, berkeras tidak ada bukti hubungan antara vaksin dengue pertama di dunia dan kematian anak-anak di Filipina, Associated Press melaporkan.
Sanofi mengatakan, Rabu (7/2), pihaknya membukukan kerugian 19 juta euro pada kuartal keempat karena harus membeli kembali vaksin dengue yang tidak digunakan. Namun perusahaan yang bermarkas di Paris itu tidak mengharapkan ada tambahan kerugian akibat masalah itu tahun ini.
CEO Olivier Brandicourt menyebut kekhawatiran mengenai vaksin ini “sangat mencemaskan,” namun dia juga mengatakan tidak ada masalah sama yang dilaporkan dari negara-negara lain, di luar Filipina. Brandicourt mengatakan, “kami sama sekali tidak memiliki bukti bahwa vaksin tersebut berkaitan dengan kasus kematian.”
Sanofi mengatakan pada November bahwa vaksin dengue tersebut bisa menimbulkan risiko infeksi demam dengue yang lebih parah, bila diberikan pada orang-orang yang sebelumnya belum pernah terjangkit demam dengue. Pihak berwenang Filipina mengatakan kematian tiga anak mungkin memiliki “hubungan kausal” dengan vaksin tersebut dan pemerintah meminta Sanofi mengembalikan dana pembelian vaksin. [fw]