Satuan Tugas Operasi Tinombala 2016 membuka peluang kepada kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT pimpinan Santoso untuk menyerahkan diri kepada aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016 di Poso, Sulawesi Tengah.
Dalam maklumat tentang imbauan penyerahan diri pelaku tindak pidana terorisme, yang dibagikan kepada masyarakat luas serta ditempelkan di berbagai tempat keramaian seperti pasar tradisional itu, Satuan Tugas Operasi Tinombala meminta kelompok Santoso untuk menyerah. Mereka dijamin akan diperlakukan secara manusiawi dengan menjunjung tinggi nilai nilai hak asasi manusia. Aparat akan tetap memperhatikan keluarga para DPO itu selama dalam proses hukum yang adil.
Maklumat setebal dua halaman itu juga menyertakan nomor kontak pejabat Kapolres, Dandim dan Satgas Operasi Tinombala 2016 yang dapat dihubungi oleh Kelompok Santoso ataupun keluarganya.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigjend Rudi Sufahriadi selaku penanggung jawab Operasi Tinombala 2016 berharap maklumat yang dikeluarkan oleh pihaknya itu dapat dipatuhi oleh Kelompok Santoso. Pilihan menyerah disebutkannya sebagai pilihan terbaik daripada nantinya tertangkap yang kemungkinan berdampak pada tindakan tegas.
“Pergerakan kelompok ini sedang kita cari dan sedang kita kejar, mudah mudahan kita bisa tangkap dia, tapi saya punya imbauan satu, saya selaku penanggung jawab operasi Tinombala ini, mengimbau nomor satu kami pelaku operasi ini tidak bangga memang menembak teroris itu, kami hanya berharap kalau dia memang mau menyerah silahkan, sudah ada maklumatnya Kapolda, sudah disampaikan ke masyarakat. Maklumat itu kalau mau dipatuhi silahkan, hubungi Dandim, hubungi Kapolres, jelas nomor teleponnya ada semua. Kami terima dan saya berjanji kita akan proses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Tidak lebih dari itu,” kata Brigjend Rudi Sufahriadi, penanggung jawab Operasi Tinombala 2016.
Selain dipasang di tempat-tempat umum, Maklumat Kapolda Sulawesi Tengah yang dikeluarkan di Poso pada 17 Mei 2016 tersebut juga dibagikan kepada keluarga para DPO anggota kelompok teroris Santoso di sejumlah lokasi di kota Poso.
Penyerahan maklumat itu disertai dengan penjelasan dari pihak Kepolisian kepada mereka, namun demikian pihak keluarga menolak kehadiran wartawan untuk mengambil gambar ataupun melakukan wawancara.
Kasat Binmas Polres Poso AKP Alfian Komaling yang memimpin penyebarluasan Maklumat kepada pihak keluarga DPO Polisi itu mengaku pihaknya berupaya menyakinkan pihak keluarga bahwa anggota kelompok Santoso yang telah tertangkap sebelumnya telah diperlakukan dengan sangat baik, dan berharap pihak keluarga dapat membantu pihak berwenang untuk membujuk anggota keluarga mereka yang kini berstatus DPO Polisi itu untuk bersedia menyerahkan diri kepada aparat keamanan.
“Pemasangan maklumat hari ini kita fokuskan di tempat-tempat keramaian, tempat fasilitas umum. Baru juga ada keluarga-keluarga yang kita datangi kalau bisa membantu kami, Kepolisian dan TNI yang bertugas saat ini supaya mereka bisa menyerahkan diri, karena mereka apabila menyerahkan diri, mereka akan diperlakukan dengan baik secara manusiawi karena kepolisian itu menjunjung tinggi HAM,” kata AKP Alfian Komaling, Kasat Binmas Polres Poso.
Your browser doesn’t support HTML5
Hingga saat ini sudah lima orang anggota kelompok Santoso yang diamankan dalam kondisi hidup, dimana empat orang ditangkap dan satu orang menyerahkan diri. Satu pelaku ditemukan dalam kondisi telah tewas di aliran sungai Puna, di Kecamatan Lore Selatan, sedangkan 12 pelaku lainnya tewas dalam sejumlah peristiwa kontak tembak dengan pasukan gabungan TNI-Polri di berbagi lokasi di Poso yang terjadi dalam empat bulan pelaksanaan Operasi Tinombala di Poso Sulawesi Tengah. Anggota Kelompok itu disebut Polisi tinggal 23 orang termasuk di antaranya tiga perempuan dan satu warga negara asing, asal Uighur China. [yl/lt]