Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejak satgas-nya didirikan Juli lalu, pihaknya telah menyalurkan berbagai stimulus hingga mencapai Rp137,89 triliun. Ia yakin anggaran tersebut akan mampu mengerek perekonomian nasional di kuartal III nanti.
“Saya berharap Insya Allah Rp130 triliun lebih yang kita salurkan dalam tiga bulan terakhir di Kuartal-III ini bisa bermanfaat maksimal untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi kita di kuartal ketiga. Mudah-mudahan lebih baik dibandingkan dengan negatif lima persen di kuartal-II,” ungkap Budi dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu (30/9).
Dari anggaran tersebut, penyerapan terbesar ada di sektor perlindungan sosial, yakni program keluarga harapan (PKH) yang mencapai Rp36,3 triliun dan sudah diberikan kepada 10 juta keluarga penerima manfaat. “10 juta keluarga itu sekitar 40 juta rakyat termiskin di Indonesia,” imbuhnya.
Program kartu sembako, kata Budi, juga sudah terserap Rp31,9 triliun dan 19,4 juta keluarga sudah menerima bantuan ini.
“Kita juga sudah menyalurkan program bantuan sosial tunai non-Jabodetabek sebesar Rp24,8 triliun Dan ini juga sudah diterimakan kepada 9,2 juta penerima manfaat. Kita juga sudah menyalurkan (bantuan) pemerintah melalui program kartu pra kerja untuk saudara-saudara kita yang dalam pandemi Covid-19 ini terkena dampak sehingga harus berhenti bekerja sudah disalurkan Rp19,46 triliun terhadap 5,48 juta penerima,” paparnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Program subsidi gaji yang dikhususkan untuk pegawai bergaji di bawah Rp5 juta sudah tersalurkan hingga Rp14 triliun. Bantuan ini akan terus dilanjutkan hingga akhir tahun, dan ditargetkan 11,65 juta pegawai tersebut akan menerima stimulus tersebut.
Budi yakin, stimulus yang digelontorkan untuk pemulihan ekonomi nasional ini akan berdampak cukup baik bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Berdasarkan ilmu ekonomi, katanya, setiap rupiah yang disalurkan oleh pemerintah akan memiliki dampak fiskal dua kali lipat.
BACA JUGA: Pemerintah Optimistis Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi“Jadi kalau kita menyalurkan selama kuartal-III ini bisa Rp137,89 triliun, ya kira-kira ke dampak ke GDP 2,1 persen. Atau sekitar Rp270an triliun. Tapi balik lagi ini hitung-hitungan kasar dan balik lagi saya bukan ahli ekonomi. Saya belajar ekonomi sambil kerja di perbankan. Pemerintah ada ancer-ancer sendiri. Tapi buat kami kalau bisa kasih Rp100 triliun kira2-kira dampaknya dua kalinya,” jelas Budi.
Ia menambahkan, sejak awal pandemi hingga saat ini pemerintah telah menggelontorkan dana Rp304,6 triliun atau 43,8 persen dari total anggaran Rp695,2 triliun yang telah disediakan untuk penanganan COVID-19 di sektor kesehatan dan juga untuk pemulihan ekonomi nasional.
Indonesia Pasti Resesi
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara memprediksi, perekonomian di tanah air masih akan minus pada kuartal-III nanti, namun kontraksinya diperkirakan tidak sedalam kuartal-II. Indonesia akan mengalami masa resesi seperti negara-negara lain di dunia dikarenakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, selama dua kuartal berturut-turut.
“Kalau di kuartal-II minus 5,3, kalau di kuartal-III ini akan lebih kecil kontraksinya, dibandingkan kuartal-II. Angka pastinya nanti dari Badan Pusat Statistik (BPS),” ungkap Suahasil.
Meski terkontraksi, ia mengklaim bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih lebih baik dibandingkan kondisi di negara-negara lain. Selain itu, berbagai tanda perbaikan perekonomian Indonesia sudah mulai terlihat.
“Setelah kuartal-II ada proses penguatan di Agustus dan di September ini dan beberapa geliat perekonomian domestik. Ada PMI (purchasing managers index) sudah mulai dilihat pada bulan Agustus PMI Indonesia 50,8, sebelumnya di bulan Juli 46,9, ini merupakan indikasi yang baik," katanya.
Pemerintah Yakin, Ekonomi Indonesia Bisa Tumbuh Lima Persen pada 2021
Meski masih diliputi ketidakpastian akibat pandemi, pemerintah cukup optimistis bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh hingga lima persen pada tahun depan, sesuai dengan asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.
BACA JUGA: Pengamat: Perbankan Nasional Bisa Bertahan Hadapi PandemiSuahasil menjelaskan, tahun depan merupakan tahun perbaikan bagi semua negara di dunia ini. Jadi ia yakin akan terjadi perbaikan dari sisi konsumsi masyarakat, investasi dan belanja pemerintah.
“Satu lagi yang memang biasanya selalu terjadi dalam situasi kontraksi adalah kalau kita mengalami kontraksi ekonomi kan pertumbuhan itu negatif, kalau pertumbuhannya negatif berarti itu secara technical maka tahun depannya itu memang akan ada sedikit angkanya meningkat karena tahun ini basisnya lebih rendah ini disebut technical rebound,” ujar Suahasil. [gi/ab]