Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir telah menolak untuk menutup kemungkinan bahwa negara itu akan mengusahakan senjata nuklir kalau Iran musuh bebuyutannya menjadi ancaman.
Dalam wawancara hari Selasa (19/1), kantor berita Reuters bertanya kepada Adel al-Jubeir, apakah Arab Saudi akan berusaha memperoleh bom nuklir kalau Iran memperoleh bom nuklir meskipun ada persetujuan dengan negara-negara besar di dunia.
Al-Jubeir menjawab bahwa negaranya akan melakukan “apapun yang diperlukan untuk dapat melindungi rakyatnya.”
Al-Jubeir mengatakan, diakhirinya sanksi-sanksi Barat terhadap Iran sebagai bagian dari persetujuan nuklir akan disambut baik, kalau Iran menggunakan dana yang dicairkan untuk meningkatkan tingkat hidup rakyatnya.
Namun, dia mengatakan kalau dana itu “digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan jahat rezim Iran, itu akan berdampak negatif dan akan ditentang.”
Arab Saudi, Israel, dan beberapa penyusun undang-undang Amerika yang menentang persetujuan nuklir tersebut mengatakan mereka khawatir Iran mungkin akan menggunakan miliaran dolar dalam aset yang dicairkan untuk mendanai kelompok-kelompok teroris dan milisia.
Ketegangan antara Arab Saudi dan golongan Iran yang mayoritas warganya Syiah meningkat awal bulan ini setelah Arab Saudi mengeksekusi ulama Syiah yang dituduh mendukung terorisme. Warga Iran yang marah menyerang Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengesampingkan kekhawatiran bahwa Arab Saudi mungkin berusaha mendapatkan senjata nuklir untuk menghadapi persepsi ancaman Iran.
"Orang tidak dapat membeli bom nuklir dan mentransfernya begitu saja,” kata Menteri Kerry kepada TV CNN pekan ini, dengan mengemukakan bahwa Perjanjian Non-Profelerasi Nuklir dan inspeksi internasional akan membuat hal semacam itu sangat sulit dilakukan.
Dia juga mengatakan memiliki sebuah bom nuklir tidak akan membuat Arab Saudi lebih aman. [sp/ds]