Saudi, Kuwait Tandatangani Kesepakatan Produksi Minyak Bersama

Fasilitas minyak milik perusahaan Saudi, Aramco dekat kawasan al-Khurj selatan kota Riyadh (foto: ilustrasi).

Arab Saudi dan Kuwait, hari Selasa (24/12), menandatangani perjanjian untuk melanjutkan operasi dua ladang minyak besar di zona netral yang sempat ditutup selama lima tahun karena ketidaksepakatan bilateral, kata para pejabat.

Menteri Perminyakan Kuwait Khaled al-Fadhel di Twitter mengatakan nota kesepahaman yang ditandatangani dengan Arab Saudi itu termasuk "dimulainya kembali produksi di zona yang terbagi."

Kantor berita pemerintah Kuwait, KUNA melaporkan kedua negara juga menandatangani perjanjian mengenai demarkasi perbatasan darat dan maritim di zona netral.

KUNA tidak merinci isi kesepakatan yang kemungkinan mengubah perjanjian perbatasan sebelumnya antara kedua negara Arab itu.

Kedua ladang minyak itu memompa sekitar 500.000 barel minyak mentah per hari sebelum produksinya dihentikan – pertama di Khafji pada Oktober 2014 dan di Wafra tujuh bulan kemudian, karena perselisihan antara kedua negara yang bertetangga itu.

Arab Saudi ketika itu mengatakan keputusan penutupan itu disebabkan oleh masalah lingkungan.

Minyak yang diproduksi di zona netral di wilayah perbatasan dibagi rata antara kedua negara.

Khafji, ladang minyak di lepas pantai, dioperasikan bersama oleh Kuwait Gulf Oil Co. (KGOC) dan Saudi Aramco Gulf Operations, sedangkan ladang minyak di darat, Wafra dioperasikan oleh KGOC dan Saudi Arabian Chevron.

Kuwait menyalahkan Arab Saudi karena secara sepihak menghentikan produksi di Khafji dan mengatakan Kuwait berhak mendapat pemberitahuan lima tahun sebelumnya berdasarkan perjanjian bersama yang ditandatangani pada 1965.

Kedua negara telah berunding untuk menyelesaikan pertikaian itu dan melanjutkan kembali produksi, sejak Juni 2015.

Perundingan itu membuat Emir Kuwait, Syekh Sabah al-Ahmad Al-Sabah berkunjung ke Riyadh dan sebaliknya Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman berkunjung ke kota Kuwait.

Kesepakatan hari Selasa itu terjadi ketika harga minyak dalam tekanan karena melimpahnya cadangan dan melemahnya pertumbuhan ekonomi global.

Terus melemahnya harga menyebabkan OPEC dan sekutu-sekutunya melakukan pengurangan produksi lebih jauh mulai bulan depan.

Gembong OPEC Arab Saudi memompa sedikit di bawah 10 juta barel per hari, sementara Kuwait menghasilkan sekitar 2,7 juta barel per hari. (my/em)