Puluhan orang tewas atau cedera di ibukota Irak, Baghdad hari Senin (30/9), ketika sejumlah bom mobil meledak di distrik yang sebagian besar berpenduduk Syiah pada jam sibuk di pagi hari.
Petugas pemadam kebakaran Senin pagi, memadamkan puing-puing kebakaran bom mobil di distrik kota Sadr yang sebagian besar berpenduduk Syiah. Kendaraan yang dimuati bom meledak di sudut jalan di mana buruh harian menunggu calon majikan mereka. Puluhan lebih pekerja tewas dalam ledakan itu.
Rekaman video menunjukkan beberapa kendaraan terbakar habis, besi-besi yang bengkok dan puing-puing dari toko-toko yang terkena ledakan itu. Seorang saksi mata mengatakan pengemudi bom mobil meninggalkan kendaraan tersebut sebelum meledakkannya.
Seorang saksi mata mengatakan, sebuah kendaraan putih yang diparkir tidak jauh dari para pekerja tiba-tiba meledak dan hancur berkeping-keping.
Para pekerja membersihkan potongan-potongan beton, puing-puing dan pecahan kaca dari jalan sementara orang yang lalu lalang berkerumun menyaksikan apa yang terjadi. Para korban dibawa ke rumah sakit terdekat.
Kantor berita Reuters melaporkan 14 bom mobil meledak di ibukota Irak secara beruntun tampaknya merupakan serangkaian serangan terkoordinasi.
Sebagian besar ledakan tampaknya menargetkan kelompok Syiah di ibukota itu.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Ma'an Sa'ad mengatakan kepada TV Irak bahwa bom mobil meledak di distrik Kazemiyah, Sha'ala, Hye al Jamiah, Ghazaliya dan Square 55. Pasukan keamanan Irak juga menutup jembatan Ramadan untuk mencegah teroris bergerak bebas.
Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari dalam sebuah wawancara dengan Associated Press menuduh al - Qaeda melakukan serangan itu. Ia juga mengklaim kekerasan terbaru di Irak ini " bukan pertanda adanya konflik sektarian ".
Zebari mengatakan Irak sudah " belajar dari kekerasan sektarian sebelumnya ".
Selain penilaian Zebari itu, Hilal Khashan dosen ilmu politik dari American University of Beirut, mengatakan partisipasi milisi Syiah Irak dalam pertempuran di negara tetangganya, Suriah secara langsung memperburuk kekerasan sektarian di Irak.
“Saya rasa ledakan-ledakan di Irak, khususnya serangan terhadap Syiah Irak, banyak kaitannya dengan keterlibatan batalyon Syiah -Abou Fadel al Abbas dalam konflik bersenjata Suriah. Ada ribuan warga Syiah Irak berperang di Suriah," kata Hilal.
Khashan mengatakan milisi Syiah Hizbullah di Libanon juga secara aktif melatih milisi Irak untuk berperang di Suriah membela pemerintah Assad. Hal itu kata Khashan menyebabkan kemarahan penduduk Sunni di Irak dan Libanon dan tindak kekerasan baru-baru ini di kedua negara.
Rekaman video menunjukkan beberapa kendaraan terbakar habis, besi-besi yang bengkok dan puing-puing dari toko-toko yang terkena ledakan itu. Seorang saksi mata mengatakan pengemudi bom mobil meninggalkan kendaraan tersebut sebelum meledakkannya.
Seorang saksi mata mengatakan, sebuah kendaraan putih yang diparkir tidak jauh dari para pekerja tiba-tiba meledak dan hancur berkeping-keping.
Para pekerja membersihkan potongan-potongan beton, puing-puing dan pecahan kaca dari jalan sementara orang yang lalu lalang berkerumun menyaksikan apa yang terjadi. Para korban dibawa ke rumah sakit terdekat.
Kantor berita Reuters melaporkan 14 bom mobil meledak di ibukota Irak secara beruntun tampaknya merupakan serangkaian serangan terkoordinasi.
Sebagian besar ledakan tampaknya menargetkan kelompok Syiah di ibukota itu.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Ma'an Sa'ad mengatakan kepada TV Irak bahwa bom mobil meledak di distrik Kazemiyah, Sha'ala, Hye al Jamiah, Ghazaliya dan Square 55. Pasukan keamanan Irak juga menutup jembatan Ramadan untuk mencegah teroris bergerak bebas.
Menteri Luar Negeri Irak Hoshyar Zebari dalam sebuah wawancara dengan Associated Press menuduh al - Qaeda melakukan serangan itu. Ia juga mengklaim kekerasan terbaru di Irak ini " bukan pertanda adanya konflik sektarian ".
Zebari mengatakan Irak sudah " belajar dari kekerasan sektarian sebelumnya ".
Selain penilaian Zebari itu, Hilal Khashan dosen ilmu politik dari American University of Beirut, mengatakan partisipasi milisi Syiah Irak dalam pertempuran di negara tetangganya, Suriah secara langsung memperburuk kekerasan sektarian di Irak.
“Saya rasa ledakan-ledakan di Irak, khususnya serangan terhadap Syiah Irak, banyak kaitannya dengan keterlibatan batalyon Syiah -Abou Fadel al Abbas dalam konflik bersenjata Suriah. Ada ribuan warga Syiah Irak berperang di Suriah," kata Hilal.
Khashan mengatakan milisi Syiah Hizbullah di Libanon juga secara aktif melatih milisi Irak untuk berperang di Suriah membela pemerintah Assad. Hal itu kata Khashan menyebabkan kemarahan penduduk Sunni di Irak dan Libanon dan tindak kekerasan baru-baru ini di kedua negara.