Sekjen PBB: Lebih Banyak Krisis Akibat Perbuatan Manusia Dibanding Alam

Sekjen PBB Ban Ki-moon menyampaikan pidatonya pada Sidang Majelis Umum PBB ke-69 di markas besar PBB, New York, 24 September 2014. (AP Photo/Richard Drew).

Dalam pernyataan awalnya Ban Ki-Moon secara terang-terangan mengatakan betapa diplomasi kini sedang menghadapi ujian dan diremehkan oleh mereka yang lebih percaya pada aksi kekerasan.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon membuka pertemuan puncak sidang Majelis Umum PBB di New York hari Rabu (24/9).

Dalam pernyataan awalnya Ban Ki-Moon secara terang-terangan mengatakan betapa diplomasi kini sedang menghadapi ujian dan diremehkan oleh mereka yang lebih percaya pada aksi kekerasan. Keragaman pandangan justru diserang oleh ekstrimis yang yakin bahwa cara mereka adalah satu-satunya cara terbaik. Dan perlucutan senjata, menurut Ban Ki-moon, menjadi mimpi semata karena disabotase oleh mereka yang mencari keuntungan dari perang abadi.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon yang menyampaikan pidato dalam dua bahasa – Inggris dan Perancis – juga menyorot soal krisis di Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Mali dan Sahel, Somalia dan Nigeria.

Khusus tentang kelompok militan ISIS yang kini menguasai sebagian Suriah dan Irak Utara, Ban Ki-Moon mengatakan sebagaimana yang disampaikan para pemimpin Muslim di seluruh dunia, tidak satu pun tindakan kelompok teroris itu yang mencerminkan ajaran Islam. "Kelompok militan itu jelas merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia," jelasnya.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon juga menyorot soal peran Dewan Keamanan PBB. “Persatuan Dewan Keamanan sangat penting. Ketika Dewan Keamanan PBB bertindak sebagai satu kesatuan, hasilnya sangat luar biasa,” tambah Sekjen PBB. Ban Ki-Moon merujuk pada keberhasilan pemusnahan senjata kimia Suriah dan perjanjian operasi penjaga perdamaian di Republik Afrika Tengah.

Isu perempuan juga ikut disinggung dalam pidato selama 30 menit itu. Menurutnya, perempuan di seluruh dunia masih menjadi korban, baik di medan perang, tempat-tempat umum hingga tempat yang seharusnya aman seperti rumah.

Secara panjang lebar, Sekjen PBB Ban Ki-Moon juga mengulas soal pentingnya memberi perhatian dan mengambil tindakan yang lebih nyata terhadap isu lingkungan hidup. Ia menyebut KTT Iklim, Selasa (23/9) sebagai terobosan penting, karena telah melibatkan para pemimpin dunia dan sekaligus pemimpin eksekutif dan warga biasa guna merancang tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi, membangun ketahanan dan menggalang bantuan finansial.

“KTT Iklim itu seharusnya ditindaklanjuti dalam perjanjian iklim yang lebih universal di Lima bulan Desember 2014 dan di Paris pada awal 2015 mendatang,” pesan Ban Ki-moon.

Terkait krisis Ebola di Afrika Barat, Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyampaikan upaya PBB untuk mengatasi virus mematikan itu. Yaitu dengan membentuk operasi kesehatan yang belum pernah dilakukan PBB sebelumnya lewat “Misi PBB Untuk Menanggapi Darurat Ebola” UNMEER, yang sudah tiba di Ghana dua hari lalu dan mendirikan markas untuk memudahkan koordinasi.

Selain memberi bantuan medis, Ban Ki-Moon menyoroti perlunya mengatasi kelangkaan pangan yang terjadi akibat penutupan pintu-pintu perbatasan dan larangan terbang atau perjalanan ke negara-negara yang terjangkit Ebola.

Presiden Brazil Dilma Roussef dan Presiden Amerika Barack Obama akan menyampaikan pandangan mereka setelah Sekjen PBB Ban Ki-Moon.