Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan semua pihak di Libya agar segera terlibat dalam dialog untuk mencapai resolusi politik bagi konflik di sana, seraya menyatakan “tidak ada solusi militer.”
Dalam suatu pernyataan Senin malam (9/4), Guterres menawarkan bantuan PBB untuk memulai dialog.
Pernyataannya itu muncul setelah pasukan yang setia kepada komandan militer Khalifa Hifter mengaku bertanggung jawab atas serangan udara yang menghantam satu-satunya bandara yang berfungsi di Tripoli.
Tidak ada laporan korban cedera akibat serangan di bandara Mitiga, tetapi serangan itu memaksa bandara ditutup selama beberapa jam.
Perebutan kekuasaan di Tripoli antara pasukan Hifter dan pasukan pemerintah yang didukung PBB selama pekan lalu telah menewaskan puluhan orang.
BACA JUGA: Landasan Bandara Internasional Mitiga, Libya Rusak Setelah SeranganPerdana menteri Libya yang didukung PBB, Fayez Sarraj, menyebut ofensif Hifter sebagai upaya kudeta.
PBB mengeluarkan “seruan mendesak” bagi gencatan senjata dua jam di pinggiran kota Tripoli untuk mengevakuasi warga sipil.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan “penyediaan layanan darurat dan perjalanan sukarela warga sipil, termasuk mereka yang cedera, dari daerah-daerah konflik.” Ia mengatakan bentrokan itu mempengaruhi daerah permukiman, dan “warga sipil yang tidak diketahui jumlah, tidak dapat melarikan diri dari lokasi-lokasi tersebut.”
Dujarric mengatakan 3.400 orang telah mengungsi akibat kekerasan terbaru yang dimulai Kamis lalu.
Pertempuran itu menandai gelombang kerusuhan pertama di Libya sejak tumbangnya diktator Moammar Ghadafi pada tahun 2011.
Utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salame, mengecam serangan terhadap bandara Tripoli. Dalam pernyataan hari Senin, ia menyebut insiden itu sebagai “pelanggaran hukum kemanusiaan yang serius.”
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo menyerukan penghentian segera gerak maju pasukan Hifter dan mengatakan semua pihak yang terlibat “memiliki tanggung jawab untuk segera meredakan situasi.” [uh]